HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS SKALA RUMAH TANGGA
MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4 SELAMA 6 MINGGU
OLEH :
KELOMPOK 3 XII IIA2
DESY DWI RIANA (05)
DHIAN NDARU A (06)
PUTRI DESITA W (21)
RETNO TRISNAWATI (22)
ZULIN FU’ADZATUS S (26)
TELAH DISETUJUI
OLEH :
GURU PENGAJAR
(Dra. Siti Istatik)
NIP: 19650 13 01 1988 03 2003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian
yang berjudul “Pembuatan Pupuk Kompos Skala Rumah Tangga Menggunakan
bioaktivator EM4” sesuai waktu yang telah ditentukan.
Terselesainya
makalh ini tentu tak lepas dari bantuan semua pihak.Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Drs.Dwi Wahyu Hadi Santoso M.Pd selaku kepala SMA N 1
Srengat selaku penyedia sarana prasarana
2.
Dra.
Siti Istatik selaku pengajar mata pelajaran pertanian
3.
Teman- teman yang telah membantu
penyelesaian makalah
Tak ada hal yang sempurna, tak ada gading yang tak
retak. Begitu pula penyelesaian makalah ini tentu belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan makalah yang selanjutnya.
Blitar, 25 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL………………………………………………………………………..2
HALAMAN
PENGESAHAN…………………………………………………………………3
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………4
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………..5
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG…………………………………………………………….7
B. RUMUSAN
MASALAH………………………………………………………….8
C. TUJUAN
PEMBAHASAN……………………………………………………….8
D. HIPOTESIS……………………………………………………………………….8
E. MANFAAT……………………………………………………………………….8
F. ASUMSI…………………………………………………………………………..9
G. BATASAN
PEMBAHASAN…………………………………………………….9
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
PUPUK KOMPOS……………………………………………..10
B. MANFAAT
KOMPOS…………………………………………………………..12
C. PROSES
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS……………………………………13
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGOMPOSAN…………………….15
E. MUTU KOMPOS……………………………………………………………….17
BAB III METODE PENELITIAN
A. RENCANA
PENELITIAN………………………………………………………19
B. ALAT
DAN BAHAN……………………………………………………………19
C. PROSEDUR
PENELITIAN……………………………………………………...19
D. TEKNIK
ANALISIS DATA……………………………………………………..20
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI
DATA…………………………………………………………...21
B. PENGUJIAN
HIPOTESIS……………………………………………………22
C. PEMBAHASAN……………………………………………………………...22
D. ANALISIS
HASIL PRODUKSI……………………………………………...23
BAB
V PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………24
B. SARAN……………………………………………………………………….24
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………....25
LAMPIRAN………………………………………………………………………………26
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG.
Berdasarkan
UU no 12 tahun 1992 pasal 20 ayat
2, yang berbunyi “pelaksanaan
perlindungan tanaman menjadi tanggug
jawab masyarakat dan pemerintah”, tersirat kewajiban seluruh lapisan
masyarakat untuk ikut aktif dalam menghasilkan tanaman budidaya yang
berkualitas bagus serta aman untuk dikonsumsi. Untuk menghasilkan tanaman
organic yang berkualitas maka perlu adanya perawatan yang serius seperti
pemberian pupuk kompos. Selain pupuk kompos dapat meningkatkan kualitas
tanaman, juga dapat memperbaiki struktur tanah, serta dapat menciptakan budaya
hidup sehat. Karena dengan pembuatan kompos ini, sampah rumah tangga tidak lagi
mencemari lingkungan dan menimbulkan masalah namun justru mendatangkan
keuntungan.
Pupuk kompos
adalah pupuk yang dibuat dari sampah
organik. Pembuatan pupuk kompos ini tidak terlalu rumit, tidak memerlukan
tempat yang luas serta tidak menghabiskan banyak biaya. Kompos yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan
aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan
aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif
penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat
semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir
dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan
6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik.
Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik.
Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat
potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).
Kompos
sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari, dapat menyuburkan tanaman budidaya
masyarakat cukup dengan biaya yang murah serta dapat mengurangi masalah limbah
skala rumah tangga. Oleh karena itu masyarakat diharapkan dapat menerapkannya.
Berdasarkan hal diatas penulis mengangkat sebuah penelitian berjudul “Pembuatan
Pupuk Kompos Skala Rumah Tangga Menggunakan Bioaktivator EM4 Selama 6 Minggu”.
B. Rumusan
Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun
rumusan masalah nya adalah sebagai berikut
:
Bagaimana cara membuat kompos dari
limbah rumah tangga dengan bioaktivator EM4 selama 6 minggu?
C. Tujuan
Pembahasan.
1.
Mengetahui
langkah – langkah pembuatan kompos
2.
Mengetahui
cara untuk mempercepat pembuatan kompos
3.
Mengetahui
kondisi yang mendukung terbentuknya kompos dalam waktu singkat
4.
Mengetahui
proses terjadinya pupuk kompos dari minggu ke minggu
5.
Mengetahui
cara pembuatan biokatalisator EM4
6.
Memenuhi
tugas muatan lokal
D. Hipotesis.
Adapun
hipotesis yg penulis angkat adalah :
·
H1: bioaktivator EM4 mempercepat proses
pengomposan
·
H0: bioaktivator EM4 tidak mempercepat
proses pengomposan
E. Manfaat
1. Penulis
bisa mempraktikkan cara pembuatan kompos
dari limbah rumah tangga dengan bioktivator EM4
2.
Menambah
pengetahuan tentang pembuatan kompos
3.
Mengaplikasikan
teori yang diterima dengan praktek dalam
kehidupan sehari - hari.
F. Asumsi ( anggapan )
Menurut saya pembuatan kompos skala rumah
tangga menggunakan bioaktivator EM4 akan lebih cepat terurai karena dengan
menambahkan biokativator tersebut dapat menigkatkan aktivitas mikroorganisme
untuk menguraikan sampah yang ada hingga hancur dan menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari – hari.
G. Batasan pembahasan
Proses
terbentuknya pupuk kompos menggunakan biokativator EM4 dengan ketentuan :
1. Bahan
utama berasal dari sampah rumah tangga
2. Limbah
dimasukkan dalam ember yang di tutup dan di beri lubang secukupnya
3. Ditempatkan
dalam ruangan yang tidak terkena hujan dan terbebas dari penyinaran matahari
langsung
4. Yang
diamati perubahan yang terjadi pada limbah dalam ember tiap minggu
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
PUPUK KOMPOS
Kompos
adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik
yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
Sampah
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan organik sampah
mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya
jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan
terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI
Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya,
di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400
ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang
ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah
organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah
organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat (Rohendi, 2005). Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat
dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik
pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian,
limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah
pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara
lain: tulang, tanduk, dan rambut.
Teknologi
pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan
atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak
beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp,
BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective
Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost).
Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan
secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan,
serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan
dilakukan oleh mikroorganisme di
dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara
anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam
mendegradasi bahan organik.
Hasil
akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki
sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi
lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan
untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian,
menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA,
eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia.
Bahan
baku pengomposan adalah semua material orgaengandung karbon dan nitrogen,
seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah
industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum
dijadikan bahan baku pengomposan.
Asal
|
Bahan
|
||||
1. Pertanian
|
|||||
Limbah dan
residu tanaman
|
Jerami dan
sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman,
batang pisang dan sabut kelapa
|
||||
Limbah &
residu ternak
|
Kotoran
padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas
|
||||
Tanaman air
|
Azola,
ganggang biru, enceng gondok, gulma air
|
||||
2. Industri
|
|||||
Limbah padat
|
Serbuk
gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah
pengalengan makanan dan pemotongan hewan
|
||||
Limbah cair
|
Alkohol,
limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa sawit
|
||||
3. Limbah
rumah tangga
|
|||||
Sampah
|
Tinja, urin,
sampah rumah tangga dan sampah kota
|
B.
MANFAAT KOMPOS
Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah
juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman
yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman
yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak
manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1.
Menghemat biaya
untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.
Mengurangi
volume/ukuran limbah
3.
Memiliki nilai
jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1.
Mengurangi
polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah
organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2.
Mengurangi
kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1.
Meningkatkan
kesuburan tanah
2.
Memperbaiki
struktur dan karakteristik tanah
3.
Meningkatkan
kapasitas penyerapan air oleh tanah
4.
Meningkatkan
aktivitas mikroba tanah
5.
Meningkatkan
kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6.
Menyediakan
hormon dan vitamin bagi tanaman
7.
Menekan
pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8.
Meningkatkan
retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran
bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan
organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa
studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan
tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan
peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk
NPK, namun
kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica
oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.
C.
PROSES PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS
Proses pengomposan akan segera berlansung
setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat
dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama
tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi
akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C.
Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi
ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat
aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami
penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini
dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Skema Proses Pengomposan Aerobik
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik
(menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang
dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen
dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi
tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini
tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang
tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau
tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam
valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Gambar profil suhu dan
populasi mikroba selama proses pengomposan
Tabel
organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Kelompok
Organisme
|
Organisme
|
Jumlah/gr
kompos
|
Mikroflora
|
Bakteri; Aktinomicetes; Kapang
|
109 - 109;
105 108; 104 - 106
|
Mikrofanuna
|
Protozoa
|
104 - 105
|
Makroflora
|
Jamur tingkat tinggi
|
|
Makrofauna
|
Cacing tanah, rayap, semut, kutu,
dll
|
Proses
pengomposan tergantung pada :
1.
Karakteristik bahan yang dikomposkan
2.
Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3.
Metode pengomposan yang dilakukan
D.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGOMPOSAN
Setiap
organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan
yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan
bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut
akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang
optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses
pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang
memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
1.
Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan
cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu
tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi,
terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi
(sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N
diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik
(Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan
mengandung banyak senyawa nitrogen.
2.
Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan
area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan
proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan
besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3.
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan
suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke
dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob
yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap.
Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan
udara di dalam tumpukan kompos.
4.
Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos.
Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen
untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan
oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
5.
Kelembapan (Moisture content) Kelembapan
memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan
secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat
memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air.
Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.
Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan
akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari
60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba
akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak
sedap.
6.
Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu
dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi
oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat
terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 -
60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari
60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang
akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-benih gulma.
7.
pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran
pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5
sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses
pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan
itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal,
akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari
senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase
awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
8.
Kandungan Hara Kandungan P
dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama
proses pengomposan.
9.
Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan
organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.
Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang
termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama
proses pengomposan.
10. Lama
pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada
karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan
dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan
akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos
benar-benar matang.
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat
proses pengomposan (Ryak, 1992)
Kondisi
|
Konsisi yang
bisa diterima
|
Ideal
|
Rasio C/N
|
20:1 s/d 40:1
|
25-35:1
|
Kelembapan
|
40 – 65 %
|
45 – 62 % berat
|
Konsentrasi oksigen tersedia
|
> 5%
|
> 10%
|
Ukuran partikel
|
1 inchi
|
Bervariasi
|
Bulk Density
|
1000 lbs/cu yd
|
1000 lbs/cu yd
|
pH
|
5.5 – 9.0
|
6.5 – 8.0
|
Suhu
|
43 – 66oC
|
54
-60Oc
|
E.
MUTU KOMPOS
2.
Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah
terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi
pertumbuhan tanaman.
3.
Penggunaan kompos yang belum matang akan
menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan
mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman
4.
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai
berikut :
a.
Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan
warna tanah,
b.
Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos
dapat membentuk suspensi,
c.
Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari
bahan baku dan derajat humifikasinya,
d.
Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
e.
Suhunya kurang lebih sama dengan suhu
lingkungan, dan
f.
Tidak berbau.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
RENCANA PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis untuk
menyelesaikan laporan penelitian ini adalah berbentuk eksperimen dengan metode pengamatan
secara kualitatif. Penelitian penulis terkait dengan proses pengomposan limbah
rumah tangga menggunakan bioaktivator EM4. karena dengan mengadakan penelitian
secara langsung akan membuat pembaca
percaya dengan keadaan yang ada.
WAKTU
DAN TEMPAT PENELITIAN
WAKTU : tanggal 14
Februari 2012 – april 2012
TEMPAT :
di rumah Desy Dwi Riana, Wonorejo RT 03 RW 05 Srengat-Blitar
B.
ALAT DAN BAHAN
1. Pisau
2. Ember +
tutup yang berlubang
3. Sampah
rumah tangga
4. Tanah
lapisan atas / top soil
5. Pasir
6. Serbuk
gergaji
7. Bioaktivator
EM4
8. Sarung
tangan
9. Penggaris
10. Buku
catatan
C. PROSEDUR
PENELITIAN
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Mengumpulkan
sampah rumah tangga
3. Di
potong kecil - kecil
4. Memasukkan
pasir kedalam ember, secukupnya.
5. Memasukkan
top soil dalam ember tepat di atas lapisan pasir
6. Memasukkan
sampah yang telah di potong - potong
7. Memasukkan
serbuk gergaji ke dalam ember sampai menutupi sampah yang telah dimasukkan
8. Memberi
larutan EM4 secukupnya, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu basah
9. Menutup
ember
10. Meletakkan
ember dalam ruangan yang sesuai
11. Bawah
ember di ganjal agar air yang keluar saat pengomposan berlangsug dapat turun
12. Mengamati setiap satu minggu sekali
13. Memasukkan
hasil pengamatan kedalam table yang telah dibuat
D. TEKNIK
ANALISIS DATA
Untuk
eksperimen ini penulis memilih menggunakan jenis data berupa table penelitian
kualitatif sehingga dapat dengan mudah menganilisis data yang diperoleh dari penelitian.
Tehnik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan setiap satu minggu sekali
pada hari Senin. Hal ini dilakukan luring lebih selama 6 minggu, kemudian
mencatat hasilnya pada table pengamatan.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI
DATA
Analisis data terdiri
dari:
A .1 tabel hasil pengamatan kondisi pengomposan
limbah rumah tangga setiap satu minggu sekali.
NO
|
JENIS SAMPAH
|
KEADAAN SAMPAH… MINGGU
KE
|
KET
|
||||||
0
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
|||
13-2-2012
|
20-2-2012
|
27-2-2012
|
5-3-2012
|
12-3-2012
|
19-3-2012
|
26-3-2012
|
|||
1
|
Daun Talas Dan Daun
Pepaya.
|
Daun Berwarna Hijau
Segar, Belum Ada Aktifitas Mikroorga
nisme, tinggi sampah dalam drum 6 cm dari permukaan.
|
Daun Layu, Berwarna Coklat, timbul bau, Muncul Jamur Berwarna Putih Di
Bagian Lapisan Teratas, tinggi sampah 8 cm dari permukaan drum.
|
Daun sudah hancur, bau mulai berkurang, tinggi bahan 12 cm dari dari permukaan drum.
|
Semua daun sudah hancur dan tercam
pur dengan bahan lain,
tidak ada bau, tinggi bahan 16 cm dari
permukaan drum
|
Daun hancur total,
warna coklat tua, permuka
an kompos semakin
menurun.
|
Warna semakin menghi
tam, permuka
an terus turun, masih
agak lembab dan sudah tidak ada bau.
|
Warna coklat
kehitaman, kelembaban mulai turun, dan tidak ada bau yang dikeluar
Kan, permukaan
bahan 23 cm dari permukaan drum.
|
|
B.
PENGUJIAN
HIPOTESIS
Hipotesis
penulis sesuai dengan hasil pengamatan yang diperoleh, yakni pengaruh pemberian bioktivator EM4 yang
dapat mempercepat pengomposan limbah rumah tangga.
C.
PEMBAHASAN
pada
minggu ke nol daun masih tampak segar, berwarna hijau, dan belum tampak adanya
aktivitas mikroorganisme sama sekali, tinggi bahan 6 cm dari permukaan drum
pengomposan.
Pada
minggu pertama daun sudah mulai layu, warnanya kecoklatan, dan telah tampak
aktivitas mikroorganisme serta munculnya jamur berwarna putih pada lapisan
teratas, tinggi bahan 8 cm dari permukaan drum pengomposan.
Pada
minggu kedua daun sudah mulai hancur, sehingga nampak tidak begitu jelas dan
tercampur menyatu dengan serbuk gergaji, bau khas yang dikeluarkan pada minggu
pertama sedikit mulai berkurang pada minggu ini, tinggi bahan 12 cm dari
permukaan drum pengomposan.
Pada
minggu ketiga daun sudah hancur, sehingga bahan kompos sudah bercampur merata dengan
serbuk gergaji. Sudah tidak menimbulkan bau, tinggi bahan 16 cm dari permukaan
drum pengomposan.
Pada
minggu ke empat bahan kompos sudah hancur total, warna coklat kehitaman, bau
kompos sudah hilang serta permukaan kompos nya mengalami penurunan dari minggu
sebelumnya.
Pada
minggu ke lima warna semakin menghitam, permukaan menurun serta kondisi bahan masih
agak lembab.
Pada
minggu ke enam warna kehitaman, tidak ada bau, kelembaban turun dari minggu
sebelumnya, tinggi bahan 23 cm dari permukaan drum pengomposan.
D. ANALISIS
HASIL PRODUKSI
1.
Biaya produksi
a. Sampah
rumah tangga
Rp. 0
2.
Hasil usaha
Kompos
belum memungkinkan untuk dijual sehingga belum
dapat dituliskan laporan hasil usaha.
3.
Keuntungan
Belum
ada.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Bioaktivator
EM4 mempengaruhi pengomposan
2. Bioaktivator
mempercepat pengomposan
3.
Pengomposan
dimulai dari pembusukan limbah hingga hancurnya limbah
4.
Limbah
telah menjadi kompos apabila sudah berwarna kehitaman, di pegang tidak
menggumpal dan sudah tidak berbau.
B.
SARAN
1. Sebaiknya
sebelum melakukan penelitian, semua alat dan bahan dipersiapkan dengan baik
agar tidak kebingungan saat melakukan penelitian.
2. Sebaiknya
kinerja antar anggota kelompok lebih ditingkatkan sehingga laporan dapat
diselesaikan dengan tepat.
3. Seharusnya
pengerjaan tugas dilakukan tepat demi tahap agar tidak terlalu berat bebannya.
4. Seharusnya
setiap melakukan pengamatan, didokumentasikan sabagai bukti bahwa peneliti
benar-benar melakukan penelitian.
daftar pustakanya mana?
BalasHapusmaaf dlu tdk terunggah..
Hapusitu postingan wktu msh SMA, skrag file nya hilang entah kemana :-)
Thanks banget contoh makalahnya, ijin buat referensi ya 😊
BalasHapusyaps kakak :-)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmaaf kalau laporan karya ilmiah yang isinya tentang proses pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing dan pupuk kompos dari sayuran ada ga?
BalasHapusSaya di sini untuk berkongsi kesaksian saya tentang apa yang dilakukan syarikat pinjaman yang dipercayai untuk saya. Nama saya Nikita Tanya, dari Rusia dan saya ibu yang cantik dari 3 kanak-kanak saya kehilangan dana saya untuk mendapatkan pinjaman yang sangat sukar untuk saya dan anak-anak saya, saya pergi ke talian untuk mencari bantuan pinjaman semua harapan adalah hilang sehingga satu hari yang setia ketika saya bertemu kawan saya yang baru-baru ini memperoleh pinjaman dari Perkhidmatan Pendanaan Le_Meridian Dia memperkenalkan saya kepada syarikat pinjaman yang jujur ini yang membantu saya mendapat pinjaman dalam masa 5 hari kerja, saya akan berterima kasih untuk selama-lamanya kepada Bapak Benjamin, kerana membantu saya kembali berjalan kaki. Anda boleh menghubungi Encik Benjamin melalui e-mel: lfdsloans@lemeridianfds.com, mereka tidak tahu saya melakukan ini untuk mereka, tetapi saya hanya perlu melakukannya kerana ramai orang di luar sana yang memerlukan bantuan pinjaman sila datang ke syarikat ini dan selamatkan. Watsats: (+ 1 989-394-3740)
BalasHapus