Kamis, 11 Juli 2013

ANALISIS FILM NEGERI 5 MENARA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa didefinisikan sebagai alat untuk berkomunikasi. Pendapat ini diperkuat oleh Tarigan yang mengatakan bahwa bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan, Tarigan Oleh karena itu, dengan komunikasi dapat mempermudah dalam proses interaksi. Dengan kata lain, bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa memiliki peran sentral dalam mengembangkan intelekutal, sosial, dan emosional mahasiswa, Suharyati (2007:1). Dikatakan demikian karena dengan bahasa, masiswa akan berupaya untuk menjaga hubungan dengan sesama individu ataupun dengan lingkungan, sehingga dapat berdampak pada peningkatan intelegensi dan emosional mahasiswa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang mampu merangsang mahasiswa untuk dapat meningkatkan komunikasi mahasiswa. Pembelajaran itu adalah pembelajaran bahasa. Dengan pembelajaran bahasa ini diharapkan mampu mempermudah mahasiswa dalam mengenal kepribadiannya, budayanya, dan budaya orang lain.
Budaya diartikan sebagai pikiran, Yandianto Dengan demikian hasil budaya merupakan hasil cipta atau pemikiran manusia. Salah satu hasil budaya yang dapat ditemukan di masyarakat yaitu hasil sastra. Menurut Sumardjo dan K.M sastra didefinisikan sebagai karya dan kegiatan seni yag berhubungan dengan ekpresi dan penciptaan. Sastra memiliki fungsi sebagai penghalus budi pekerti, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan atau kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekpresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis Suharyati.
Dalam perkembangan sastra Indonesia, hasil sastra memiliki ragam bentuk. Salah satu bentuk karya sastra Indonesia adalah Novel. Novel memiliki kedudukan penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Perkembangan novel Indonesia pernah mengalami masa keemasan pada jaman Balai Pustaka dan Pujangga Baru yang pada waktu itu dikenal dengan istilah roman seperti yang diungkapkan Rosidi.
Pembelajaran sastra yang baik tidak hanya diisi dengan penjelasan-penjelasan teori dan ilmu sastra tetapi pembelajaran sastra harus mampu meningkatkan kompetensi berbahasa mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa harus dapat mengapresiasi karya sastra serta memahami makna sastra itu sendiri, sehingga peserta didik akan termotivasi dan meningkatkan kecintaan mahasiswa terhadap sastra. Pembelajaran sastra diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra, Depdiknas. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik tidak hanya berperan sebagai penyalur pengetahuan-pengetahuan sastra saja, tetapi harus mampu mengembangkan pengetahuan tersebut dan membekali peserta didik dengan keahlian mengapresiasikan sastra.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa salah satu bentuk karya  sastra Indonesia adalah film. Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film  cerita dapat  diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.
Dalam film terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik yang meiputi tema, alur (cerita), penokohan (watak), latar (setting), amanat (pesan), sudut pandang, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi unsur religi, sosial, moral, politik, kebudayaan, ekonomi, pendidikan, sejarah, dan lain sebagainya. Penelitian terhadap karya sastra film tujuannya untuk mengetahui seluk-beluk yang tersurat dan tersirat dalam film dan mengungkapkan unsur-unsur film didalamnya seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah : “ Bagaimana analisis unsur instrinsik dan ekstrinsik film negeri 5 menara? “

C.     Tujuan Penulisan
1.      Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang unsur intrinsik film Indonesia.
2.      Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
§  Untuk memperoleh gambaran tentang alur cerita, pelaku, dan latar film yang berjudul “negeri 5 menara” Karya Ahmad Fuadi.
§  Mengaplikasikan teori yang diberikan dosen mengenai cara menganilis sebuah karya sastra.
§  Memenuhi tugas mata kuliah kajian kesastraan mengenai analisis unsure instrinsik dan ekstrinsik suatu karya sastra baik drama ataupun film

D.    Manfaat penulisan
Manfaat bagi penulis:
1.      Mengetahui kemampuan penulis dalam mengapresiasi karya sastra, (film)
2.      Menambah keterampilan penulis dalam mengapresiasi karya sastra, (film)
3.      Menarik minat apresiasi penulis terhadap karya sastra, (film)
Manfaat bagi pembaca :
1.      Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman pembaca dalam mempelajari unsur intrinsik dan ektrinsik suatu film.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian film
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat  sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film  cerita dapat  diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.

B.     Unsur-Unsur Film
Film mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah:
a.       Unsur Intrinsik
Unsur yang terdapat di dalam karya sastra.yang mempengaruhi karya sastra tersebut,unsure intrinsik dalam cerita meliputi :
1.      Tema
Pokok persoalan dalam cerita.
2.      Karakter tokoh
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda. Karekter dapat dibagi menjadi:
§  Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam cerita
§  Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema.
Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat).

3.      Konflik
Konflik  adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
§  Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
§  Konflik eksternal                                                                                                        
Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
4.      Seting
Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung
5.      Plot / Alur
Jalan cerita dari awal sampai selesai
§  Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai memunculkan konflik/ permasalahan)
§  Klimaks : puncak konflik/ ketegangan
§  Falling action: penyelesaian
6.      Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
§  Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
§  Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
§  Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia.
7.      Teknik penggunaan bahasa       
Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.
8.      Amanat
Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang malalui cerita.

a.      Unsur Ekstrinsik
Dikatakan Fananie (2001:77) Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi social, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempegaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi :
a.       Latar belakang pengarang
b.      Tradisi dan nilai-nilai
c.       Struktur kehidupan sosial
d.      Keyakinan dan pandangan hidup
e.       Tata rias
f.       Tata busana
g.      Tata artistik
h.      Aliran
BAB III
IDENTITAS FILM
A.    SINOPSIS
Alif (Gazza Zubizareta) lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Alif adalah seorang anak sederhana yang baru saja lulus SMP di Maninjau. Bersama sahabatnya Randai (Sakurta Ginting), Alif ingin melanjutkan SMA di kota Bandung dan kemudian masuk ke Kampus idamannya, ITB dan mengejar mimpi besarnya menjadi sosok Habibie masa kini. Namun mimpi tinggal mimpi ketika Amaknya (Lulu Tobing) menginginkan Alif untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo, jawa Timur. Walau pada awalnya Alif tidak mau, akhirnya Alif memenuhi pinta orang tuanya, walau dengan setengah hati.
Saat Alif tiba di Pondok Madani bersama Ayah (David Chalik), hatinya makin remuk. Tempat itu benar-benar makin ‘kampungan’ dan mirip penjara di matanya. Ditambah lagi dengan keharusan mundur setahun untuk kelas adaptasi. Alif menguatkan hati untuk mencoba menjalankan setidaknya tahun pertama di Pondok Madani ini. Namun dibalik pandangan akan lingkungan pondok yang kampungan ia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Awalnya, Alif lebih sering menyendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, Alif mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu Baso (Billy Sandy) dari Gowa, Atang (Rizky Ramdani) dari Bandung, Said (Ernest Samudera) dari Surabaya, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan, dan Dulmajid (Aris Putra) dari Madura. Persahabatan dimulai dari hukuman jewer berantai yang diberikan oleh salah satu pengajar di pondok tersebut. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Mereka tidak tahu kemana impian jiwa muda ini membawa mereka. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Suasana kian menghangat di kelas pertama, saat Alif disentak oleh teriakan penuh semangat dari Ustad Salman (Donny Alamsyah): Man Jadda Wajada! Artinya, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. “Mantra” ini lah yang menambah semangat dan kegigihan keenam anak itu. Para sahibul menara selalu berpikir penuh visi dan bercita-cita besar. Mereka masing-masing memiliki ambisi untuk menaklukan dunia. Dari tanah Indonesia, Amerika, Eropa, Asia hingga Afrika. Dibawah menara Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk bisa menaklukan dunia, mencapai cita-cita; Dan menjadi orang besar yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
B.     SOUNDTRACK
Ost. Negeri 5 Menara merupakan sebuah album musik kompilasi yang dirilis pada tahun 2012, bergenre Pop yang dicetuskan oleh Label Yovie Widianto Music Factory. Lagu utamanya di album ini ialah Galau dari Yovie & Nuno.
C.     DAFTAR LAGU
§  Man Jadda Wajada (Yovie & Nuno)
§  Galau (Yovie & Nuno
§  Inginku (Bukan Hanya Jadi Temanmu) (Yunika)
§  Doamu Ibu (Base Jam)
§  Menahan Rindu (Andhika Pratama & Eriska Reinisa)
§  Melukis Mimpi (Teza Sumendra & Yunika)
§  Bunga Hatiku (Yunika & Ogie Magadalle) David Chalik sebagai  Ayah

D.    KRU FILM
1.      Sutradara         : Affandi Abdul Rachman
2.      Produser          : Salman Aristo, Aoura Lovenson Chandra, Dinna Jasanti
3.      Penulis             : Salman Aristo
4.      Musik              : Aghi Narotama
5.      Penyunting      : Cesa David Luckmansyah
6.      Distribusi         : Million Pictures
7.      Durasi              : 120 menit
8.      Negara             : Bendera Indonesia Indonesia
9.      Bahasa             : Bahasa Indonesia
10.  Pemain            :
Gazza Zubizareta
Sebagai alif
Doni alamsyah
Sebagai Ust.Salman


 
Ernest Samudra
Sebagai Said
Billy Sandy
Sebagai baso
 

Rizki Ramdani
Sebagai Atang
Aris Putra
Sebagai Dulmajid remaja
Jiofani Lubis
Sebagai Raja




Eriska Rein
Sebagai  Sarah
 


Sakurta Ginting
Sebagai Randai
Lulu Tobing
Sebagai  Amak
           
                       

Andhika Pratama
Sebagai Fahmi
 











BAB IV
ANALISIS
A.    Unsur-Unsur Intrinsik
1.      Tema
Tema Film Negeri 5 Menara adalah Pendidikan, hal ini dapat kita lihat sendiri dari lembaran-lembaran novel ini yang menceritakan bagaimana tokoh-tokoh utama di dalamnya mengenyam pendidikan di dunia pesantren, apalagi dalam Film ini dibuka dengan kata mutiara dari Imam Syafi'i yang berhubungan dengan penuntutan ilmu .
2.      Tokoh dan Penokohan
Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis yaitu Tokoh berprilaku baik didalam suatu cerita. Didalam Film yang berjudul “negeri 5 menara“ ini tokoh- tokoh yang termasuk tokoh  protagonis yaitu :
a)      Alif Fikri
Dia adalah pemeran utama dalam novel ini.
§  Secara Fisiologis : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam, berkulit sawo matang, memakai kacamata, berpostur tubuh tinggi, kurus.
§  Secara Sosiologis : berasal dari Padang daerah sekitar Danau Maninjau, baru lulus MTs ( Madrasah Tsanawiyah) setara dengan SMP, berasal dari keluarga menengah bawah, kental dengan agama islam.
§  Secara Psikologis : keras kepala, baik hati, berbakti kepada orang tua, cerdas, teguh pada pendirian, beragam Islam.
Berikut cuplikannya:“ kalau begitu,kalau kita mau berhasil ujian ini, kita belajar sedikit lebih lama dari kebanyakan teman –teman di Kamp konsentrasi ,“Simpulku. “ Bismillah ya Tuhan, sudah aku kerahkan segala usaha, sekarang aku serahkan penampilanku kepadamu dengan segala ikhlas,”gumamku.
b)      Raja Lubis
Dia merupakan teman Alif pada waktu di PM.
§  Secara Fisiologis : seorang anak laki-laki berusia sekitar 17 tahun, berambut hitam cepak, berkulit sawo matang, berbadan sedang, tinggi.
§  Secara Sosiologis : berasal dari Medan, pindah dari SMA dan masuk Pondok Madani, berasal dari keluarga menengah bawah, sahabat Alif di Pondok Madani.
§  Secara Psikologis : tempramental, tetapi sebenarnya baik, keras, pintar bermain alat musik, beragama islam.
Berikut Cuplikannya : “Untuk menarik perhatian pendengar, selain menggunakan suara yang lantang, ikat meraka dengan matakau, pandang mata mereka dengan lekat,” saran Raja sambil mengarahkan 2 jari kemataku. “Arti harfiahya Kotak, bukan lemari (tempat pakaian buku dan segala macam yang kita punya.Lemari kecil yang lebih menyerupai kotak,” terang raja yang memiliki banyak informasi dan dengan senang hati berbagi.
c)      Baso Salahuddin
Dia adalah teman alif di PM.
§  Secara Fisiologis           : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam, deretan gigi tidak rapih, berkulit hitam, kurus, tidak terlalu tinggi.
§  Secara Sosiologis          : berasal dari Goa Gorontalo, berasal dari keluarga menengah kebawah, yatim piatu, kental dengan agama islam, sahabat Alif di Pondok Madani.
§  Secara Psikologis          : baik hati, cerdas, paling pintar diantara shahibul menara, pintar baca alquran, kurang fasih dalam berbahasa inggris, bijaksana, sabar, beragama islam.
Berikut  kutipan ceritanya : “melihat yang bukan mukhrim bisa menghilangkan hapalan Al-Qur’an ku”, kata baso dengan suara rendah.
d)     Said Jufri
Dia adalah teman alif di PM
§  Secara Fisiologis           : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam, berkulit hitam, montok, tinggi.
§  Secara Sosiologis          : berasal dari Surabaya, berasal dari keluarga menengah, sahabat Alif di Pondok Madani.
§  Secara Psikologis        : baik hati, senang bercanda, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : “tenang akhi , sebentar lagi kita akan selamat. asrama tinggal 100 m lagi insyaallah tidak akan kena hukum”, kata said dengan sangat optimis. Said , ”Ya akhi , sebelum keasrama ,kita ke studio foto dulu yuk . kapan lagi tiga orang berkepala shaolin berfoto pakai sarung.” , said memang selalu tau bagaimana mengambil sisi positif dari setiap bencana .
e)      Atang
Dia adalah teman Alif pada waktu di PM.
§  Secara Fisiologis           : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam cepak, berkulit sawo matang, kurus, tidak terlalu tinggi.
§  Secara Sosiologis          : berasal dari Bandung, berasal dari keluarga menengah bawah, bahasa sundanya kental sekali, pintar elektronik, sahabat Alif di Pondok Madani.
§  Secara Psikologis          : ramah, ceplas-ceplos, pintar dalam elektronik, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : “Eh......kenalkan nama saya Atang,” sambil menyorongkan tangannya, dan buru – buru dia menambahkan , “saya dari Bandung urang sunda,” “Said, ingat jangan kita menjadi Jasus 2x dalam 2 bulan,” sahut Atang disaat hendak melakukan kesalahan.
“Aku juga tidak punya duit sekarang, tapi aku bisa menjamin tinggal kalian selama diBandung. Pergi ke Bandung jelas tidak bayar karena naik mobil bapakku, untuk ongkos kembali dari Bandung ke PM aku bisa meminjamkan nanti,” bujuk Atang pada saat ingin mengajak Alif dan Baso.
f)       Dulmajid
Dia adalah teman Alif juga pada waktu di PM.
§  Secara Fisiologis           : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berkulit hitam, berambut hitam, berpostur tubuh tinggi, montok.
§  Secara Sosiologis          : berasal dari Madura, berasal dari keluarga menengah, sahabat Alif di Pondok Madani.
§  Secara Psikologis          : baik hati, senang bercanda, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya :“ Lif, aku akan menunggumu sampai kamu selesai mengerjakan tugas itu ,” kata Dulmajid
g)      Amak
Beliau merupakan Ibu Alif .
§  Secara Fisiologis           : seorang Ibu berusia sekitar 35 tahun, berjilbab, berkulit sawo matang, berpostur tubuh tidak terlalu tinggi, bertubuh sedang.
§  Secara Sosiologis          : berasal dari padang daerah sekitar Danau Maninjau, kental dengan agama Islam, keluarga menengah bawah.
§  Secara Psikologis          : keras kepala, baik hati, teguh pada pendirian, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya : “Bang Ambo ingin berlaku adil , dan keadilan hrus dimulai dari diri sendiri, bahkan anak sendiri. Aturannya siapa yang tak mau praktek menyanyi dapat angka merah,” kata Amak ketika Ayah bertanya, “kok tega memberi angka buruk pada anak.
“Kita disini adalah pendidik. Kalau kayak begini ini bukan mendidik, kemana muka kita disembunyikan dari Allah yang maha melihat.Ambo tak mau ikut bersokongkol dalam ke tidak jujuran ini,” frontal dan pas di ulu hati.
h)      Ayah Alif
§  Secara Fisiologis         : seorang Ayah berusia sekitar 40 tahun, berambut hitam, berkulit sawo matang, berpostur tubuh tinggi, tidak terlalu kurus.
§  Secara Sosiologis          : berasal dari Padang daerah sekitar Danau Maninjau, kental dengan agama Islam, keluarga menengah bawah.
§  Secara Psikologis          : lemah lembut, sabar, bijaksana, beragama islam.
Berikut kutipa ceritanya : “ Pak anak ambo kelakuanya baik dan NEMnya termasuk paling tinggi di Agam, kami kirim untuk mendalami agama,” ucap ayah pada saat berbicara dengan pak Sutan yang menjengkelkan.
i)        Kyai Rais
Beliau adalah guru besar Alif  pada waktu di PM.
§  Secara Fisiologis           : seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahun, berkulit hitam, berambut hitam sedikit beruban, bertubuh tinggi besar.
§  Secara Sosiologis          : seorang kiai Pimpinan Pondok Madani, berpendidikan, ahli agama.
§  Secara Psikologis          : berwibawa, bijaksana, cerdas, baik hati, beragama islam.         .                       

Berikut kutipan ceritanya : “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I’timad Ala Nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain, cukuplah bantuan Tuhan yang menjdi panutanmu,” Nasihat Kyai Rais.
j)        Kak Iskandar
Dia  adalah ketua asrama Al barq, tenpat Alif dengan Sahibul yang lain tidur.
§  Secara Fisiologis           : seorang laki-laki berusia sekitar 19 tahun, berpostur tubuh tinggi, berkulit sawo matang, berambut hitam, memakai peci, jas, tidak terlalu kurus.
§  Secara Sosiologis          : kelas 4 di Pondok Madani, kepala asrama indonesia 1.
§  Secara psikologis          : baik hati, bijaksana, beragama islam.
Berikut kutipannya : “ Sebelum tidur, kami akan bacakan Qonun, aturan tidak tertulis yng tidak boleh dilanggar. Pelanggaran pasti akan diganjar sesuai dengan kesalahannya dan ganjaran paling berat adalah dipulangkan dari PM selama – lamanya,” katanya dengan serius dan tegas.
k)      Randai
Dia adalah teman kecil (teman akrab) Alif di Maninjau (dikampungnya)
§  Secara Fisiologis           : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam ikal, bergigi sedikit tonggos, berkulit hitam, kurus, tidak terlalu tinggi.
§  Secara Sosiologis          : berasal dari Padang daerah sekitar Danau Maninjau, baru lulus MTs ( Madrasah Tsanawiyah) setara dengan SMP, berasal dari keluarga menengah bawah, kental dengan agama islam, sahabat karib Alif.
§  Secara Psikologis          : sedikit sombong, pintar, beragama islam.
Berikut kutipannya : “Kmu belum pernah lihat Komputer kan ? nah disini semua murid ikit belajar komputer karena sekolahku baru membuat Lab komputer yang paling modern di kota kita,senagnya” katanya dengan bangga hati.
l)        Ust Faris
Dia adalah Guru Alif di PM, beliau mengajar Al- Qur’an Hadist
§  Secara Fisiologis           : seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahun, berkulit hitam, berambut hitam sedikit beruban, bertubuh tinggi besar.
§  Secara Sosiologis          : seorang kiai Pimpinan Pondok Madani, berpendidikan, ahli agama.
§  Secara Psikologis          : berwibawa, bijaksana, cerdas, baik hati, beragama islam.

Berikut kutipannya : “Bacalah Al – Qur’an dan Al Hadist dengan mata hati kalian, resapi dan lihatlah mereka secara menyeluruh, saling berkait menjadi pelita bagi kehidupan kita,” katanya dengan suara Bariton yang sangat terjaga vibranya.
m)    Ust Kholid
Beliau adalah ustad yang sangat berpengalaman, dia juga pernah menuntut ilmu di Kairo, orangnya baik.
Brikut kutipannya : “ Iya sederhanya, kalau kita mewaqafkan tanah jesekolah maka tanah itu berpindah  ketangan sekolah itu selamanya untuk kepentingan sekolah dan umat. Dan saya, karena tidak punya tanah, yang saya waqafkan diri saya sendiri,” kata Ust Khalid
n)      Ust Salman
Beliau adalah Wali Kelas Alif di PM, beliau mengajar pelajaran sejarah di PM.
§  Secara Fisiologis           : seorang laki-laki berusia sekitar 30 tahun, berambut hitam, berkulit putih, tidak terlalu kurus, berpostur tubuh tinggi, selalu memakai peci, baju koko.
§  Secara Sosiologis          : salah satu staff pengajar di Pondok Madani, berpendidikan, Ahli Ilmu Agama.
§  Secara Psikologis          : semangat, berapi-api, bijaksana, senang memberi motivasi, cerdas, baik hati, beragama islam.
Berikut kutipannya : “ Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah pelajran yng bisa kita tarik ke masa sekarang, untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik,” jelasnya.
“ Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun, karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses,” tandasnya dengan mata berkila - kilat.
o)      Fahmi
§  Secara Fisiologis           : seorang laki-laki berusia sekitar 19 tahun, berkulit sawo matang, berambut hitam, memakai kacamata, bertubuh tinggi kurus.
§  Secara Sosiologis          : Pimpinan Majalah Syam (majalah di Pondok Madani), siswa kelas 4 di Pondok Madani.
§  Secara Psikologis          : baik hati, tegas, cerdas, beragama islam.
§   
p)      Ahmad
§  Secara Fisiologis         : seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahun, berkulit sawo matang, berambut hitam, berpostur tubuh tidak terlalu tinggi, kurus.
§  Secara Sosiologis        : asisten kiai Rais.
§  Secara Psikologis        : baik hati, beragama islam.

q)      Sarah
§  Secara Fisiologis           : seorang anak perempuan berusia sekitar 15 tahun, berkulit putih, cantik, berjilbab, bermata sipit, bertubuh langsing, tinggi.
§  Secara Sosiologis          : keponakan Kiai Rais, berpendidikan, kental dengan Agama Islam.
§  Secara Psikologis          : baik hati, pintar fotografi, agamis, beragama islam.
r)       Anisa
§  Secara Fisiologis           : seorang anak perempuan berusia sekitar 15 tahun, berkulit putih, berjilbab, bertubuh langsing, tidak terlalu tinggi.
§  Secara Sosiologis          : Anak perempuan Kiai Rais.
§  Secara Psikologis          : baik hati, penurut, beragama islam.
s)       Istri Kyai Rais
§  Secara Fisiologis           : seorang perempuan berusia sekitar 40 tahun, berkulit putih, berjilbab, bertubuh montok, tidak terlalu tinggi.
§  Secara Sosiologis          : istri dari Kiai Rais, berpendidikan.
§  Secara Psikologis          : baik hati, beragama islam.

Tokoh Antagonis
Tokoh Antagonis yaitu tokoh yang biasanya memiliki prilaku yang jelek atau jahat, dalam Novel ini tokoh yang bertidak sebagai tokoh antagonis yakni :
a)      Tyson ( Rajab Suja’i)
Dia merupakan orang terhoror (paling di takuti) Alif selama di PM
§  Secara Fisiologis           : seorang laki-laki berusia sekitar 19 tahun, berambut hitam, berkulit hitam, berwajah sangar, berpostur tubuh tinggi besar, selalu memakai sepeda.
§  Secara Sosiologis          : disegani murid-murid di Pondok Madani, bertugas menjaga keamanan di Pondok Madani, siswa kelas 4 di Pondok Madani, selalu dijuluki “mike tison” oleh anggota Shahibul Menara.
§  Secara Psikologis          : tegas, berwibawa, keras, disiplin, beragama islam.
Berikut kutipannya : “Hei...... nanti dulu, kalian tetap dihukum, di PM tidak ada kesalahan yang berlangsung tanpa dapat ganjaran ,” hardik si Tyson.
b)      Ust Torik
Dia adalah orang kedua yang paling ditakuti setelah Tyson.
§  Secara Fisiologis           : seorang laki-laki berusia sekitar 30 tahun, berkulit sawo matang, berambut hitam, bertubuh tinggi besar.
§  Secara Sosiologis          : seorang ustadz pemimpin club bulu tangkis, berpendidikan,selain itu memegang surat izin untuk keluar masuk Pondok Madani.
§  Secara Psikologis          : disiplin, tegas, mahir bermain bulu tangkis, beragama islam.
Berikut kutipannya : “Kamu ngomong apa ??? bicara yang jelas, lihat mata saya,” potongnya , matanya yang dalm mencorong tajam.
3.      Seting
a)      Waktu
Sekitar tahun 1980
Bukti :“ Yang punya tangan adalah presiden Soeharto yang datang meresmikan PLTA Maninjau tahun 1983.”
b)      Tempat
§  Maninjau, Sumatra Barat
Bukti :“Jalan mendaki dengan 44 kelok patah. Kawasan Danau Maninjau menyerupai kuali raksasa, dan sekarang memanjat pinggir kuali untuk keluar.”
§  Pondok Madani
Bukti :”Terima kasih atas kepercayaannya, semoga kalian betah. Mulai sekarang kalian semua adalah bagian dari keluarga besar Pondok Madani.”
§  Ponorogo
Bukti :”untuk menuju Ponorogo yang berjarak sekitar 20 kilometer, kami hanya menyewa sepeda ontel dari rumah penduduk.”
c)      Suasana
§  Mengharukan
Bukti :” Kami mendekat dan merangkul bahunya. Dalam hati aku berjanji akan membantunya sekuat mungkin. Baso mengganguk0angguk nerterima kasih sambil meniup-niup  hidungnya yang tersumbat karena duka.
§  Menegangkan
Bukti:“Harapan yang terlalu indah. Tiba-tiba .....wusss...Sebuah bayangan hitam berkelibat kencang dan berhenti mendadak di depan kami yang sedang ngos-ngosan. Jejak sepedanya membentuk setengah  lingkaran menghalangi jalan kami.”
“Qif...Akhi... BERHENTI SEMUA” suara keras mengguntur membuat kami terpaku kaget. Rasanya darah surut dari wajahku. Gerimis semakin rapat. Langit senja semakin kelam.”
§  Menyenangkan
Bukti:“Kini, untuk satu minggu, kami akan bebas menggunakan waktu yang selama ini begitu mahal. Tidak ada belajar, yang ada hanya rileks, bersantai, olah raga, membaca, jalan-jalan dan tidur.


4.      Alur
Alur yang ada dalam film yang di angkat dari novel “Negeri 5 Menara”, yaitu alur maju-mundur. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:
§  Pengenalan / Awal cerita
Awal cerita dalam film ini dibuka oleh Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika Serikat dengan pekerjaannya sebagai Wartawan VOA, lalu setelah itu ia kembali mengingat masa lalunya saat konflik dimulai ["Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku"]
§  Timbulnya konflik / Titik awal pertikaian
Awal Pertikaian dimulai saat Amak menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke SMA tetapi ke Pesantren dan Alif menolak permintaan Amak pada saat baru diberitahukan. Tetapi akhirnya, Alif pun bersedia bersekolah di pesantren yang terletak di luar pulau Sumatera walaupun hanya setengah hati : [“Jadi Amak minta dengan sangat waang tidak masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah aliyah.”]
§  Puncak konflik / Titik puncak cerita
Titik puncak cerita dimulai saat Alif sudah naik kelas 6 di Pondok Madani (PM) dan menjadi puncak rantai makanan alias kelas tertinggi di Pondok Madani : [“Seketika rasa ini melempar ingatanku kembali ke PM, ketika kami naik kelas enam, kelas pemuncak di PM.” ]

§  Antiklimaks
Antiklimaks dalam film ini dimulai pada saat Alif serta santri PM lainnya akan mengadakan ujian akhir yang dilaksanakan oleh siswa tahun terakhir PM. [“Inilah ujian yang paling berat yang paling berat yang anak-anak temui di PM”]
§  Penyelesaian masalah
Pada akhirnya, setelah alif menyelesaikan ujian pamungkas di PM serta lulus dari PM, cerita berbalik ke Alif yang telah sampai di London untuk bertemu dengan Atang dan Raja yang merupakan anggota Sahibul Menara .
5.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam film tersebut, yaitu sudut pandang orang pertama tunggal dengan “Aku” sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh utama : [“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku”]
6.      Gaya Bahasa
a)      Majas Personifikasi
[“Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku”]
b)      Majas hiperbola
[“Muka dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak girang.” ]
c)      Majas Metafora
[“Matahari sore menggantung condong ke barat berbentuk piring putih susu” ]
7.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam film Negeri 5 Menara ini adalah bahwa dalam mengejar semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan tapi semuanya berjalan seiring bagaimana kita menyelesaikan rintangan yang datang menghadang dan untuk mendapatkan menggapainya juga, kita harus mengorbankan sesuatu.
Kutipan film:
a)      Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, tuhan sesungguh maha mendengar.
b)      Man jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh akan berhasil.
Amanat bagi pembaca berikutnya adalah pentingnya kedinamaisan. Berikut terdapat di   Film Negeri 5 menara tentang pentingnya kedinamisan dalam hidup bagi orang-orang yang berilmu.
“orang yang berilmu dan beradab tidak akan diam dikampung halaman. Tinggalkan  negerimu dan mernataulah ke negeri orang. Merantaulah, kaua kan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang .. singa jika tak tinggalkan sarang tidak akan mendapatkan mangsa. Bijih emas bagaikan panah biasa sebelum digali dari tambang. Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Selain amanat yang telah dijelaskan diatas oleh Film negeri 5 menara juga member pesan agar meraih ilmu dan pendidikan setinggi-tingginya. Karena orang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu. Menuntut ilmu karena tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka pikiran , mata dan hati kalian”.
Pondok Pesantren Madani adalah salah satu sarana bagi siswa dalam menimba ilmu. Dari kutipan ceramah Kiai Rais dapat dipahami bahwa para pencari ilmu adalah orang-orang yang dimudahkan dalam meraih surga. Dari itu, dapat dimaknai bahwa penulis ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa supaya masyarakat  mencari ilmu setinggi-tingginya karena sesuai dengan kutipan tersebut bahwa pencari ilmu diberi kedudukan yang lebih istimewa yakni dimudahkan jalan menuju surga. Pesan yang disampaikan penulis dapat diartikan bahwa salah satu jalan menuju surga adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya . jadi pesan penulis bagi pembaca yakni menganjurkan pembaca agar meraih ilmu yang setinggi-tingginya meskipun harus keluar kampong dan jauh dari keluarga.
Disamping itu, terdapat amanat-amanat yang tersurat terdapat pula pesan singkat yang tersirat. Pesan yang tersirat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra meskipun tidak ada bukti konkrit dari naskah suatu karya sastra tersebut.  Pesan tersirat  tersebut  yakni mengenai keutamaan doa dan ridho orang tua dalam kehidupan Alif sang pemeran utama adalah seorang anak yang datang dari keluarga sederhana dan masih memiliki keturunan darah  ulama . cita-cita Alif sebenarnya ingin menjadi seorang insinyur. Tokoh idolanya adalah Habibie. Setelah ia lulus dari Madrasah Tsanawiyah , sebenarnya ia ingin melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yakni SMA. Karena ia menganggap tiga tajun menempuh pendidikan di Tsanawiyah telah cukup bekal dasar ilmu agamanya. Ia ingin mempelajari ilmu non agama dan melanjutkan kuliah di UI tai ITB. Namun keinginan dan cita-citanya tersebut terhalang denagn keinginan orang  tuanya ingin menjadikan putranya seperti Buya Hamka. Pada awalnya Alif berontak tapi akhirnya ia berfikir bahwa tidak ada gunanya melawan keinginan ibunya yang mulia itu. Hingga ia memutuskan untuk menempuh pendidikan menengahnya di pesantren madani jawa. Banyak kisah yang ia hadapi bersama teman-temannya yang datang dari berbagai daerah. Hingga akhirnya ia meraih kesuksesan di Ameriak. Hal tersebut pada dasarnya tak luput dari doa dan ridho yang diberikan oleh orang tuanya.  Penulis memberikan pesan kepada pembaca, bahwa doa dan ridho orang tua adalah sesuatu yang harus diutamakan. Meskipun pesan tersebut tidak tersurat. Namun dapat dipahami oleh pembaca yang telah selesai membaca keseluruhan cerita.

B.     Unsure ekstrinsik
1.      Sutradara
§  Biografi
Affandi Abdul Rachman lahir di Jakarta, 13 Desember 1979 dari seorang Ibu yang berprofesi sebagai pengacara dan penasehat hukum bernama Nila Motik Abdul Rahman dan ayahnya adalah anak dari mantan Presdir PT. Jakarta Setiabudi Internasional dan Owner PT One Star Productions, Amir Abdul Rahman. Fandi begitu Ia disapa adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarganya, karena kakanya perempuan bernama Samantha Abdul Rachman.
Sejak kecil Ia termasuk anak yang aktif dan terhitung “badung” alias nakal. Namun kenakalannya tak cukup berarti karena masih dalam taraf wajar, Fandi kecil sering kabur ketika waktunya les.
Sejak kecil hidupnya sangat tercukupi. Ia dididik agar menjadi orang sukses oleh kedua orang tuanya. Sekolah Dasar Ia tempuh di SD Ar-Rahman. Ia lalui dengan prestasi baik. Lalu setelah lulus Ia melanjutkan sekolah di SMP Sumbangsih dan SMA di SMAN 82 Jakarta. Semangatnya berprestasi semasa sekolah tak lain karena Ia ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia mampu dan pintar seperti kakaknya Samantha yang memiliki prestasi bagus.
 Ia belajar dengan keras untuk masuk jurusan kedokteran gigi Trisakti, dan akhirnya masuk. Namun, tidak sampai selesai karena dunia kedokteran sebenarnya bukan dunia Affandi. Ia sebenarnya cinta dunia seni, masuk jurusan kedokteran hanya Ia lakukan agar mampu membuktikan kalau dia bisa berprestasi bagus. Maklum saja, Ia seperti itu karena Ia anak bungsu.
Setelah itu, Ia memutuskan untuk kuliah ke luar negeri, Ia pun berhasil masuk ke Santa Monica College mengambil jurusan desain. Walau awalnya Ia tak mau kuliah diluar, karena orang tuanya akhirnya Ia mau kuliah ke luar negeri dengan status sudah beristri. Ya, karena Affandi menikah diusia muda.  Mereka pun tinggal di Amerika. Setiap tahun mereka pulang berlibur ke Indonesia. Sampai suatu waktu Fandi telat berangkat ke Amerika karena masalah administrasi dengan pihak migrasi. Dampaknya Ia telat kuliah dan dicutikan. Ketika itu, Ia berfikir untuk mengisi waktu luang, dan mengambil les singkat film di New York Film Academy ambil bidang sinematografi September 2002. Ketertarikannya kedunia film berawal dari sini. Ketika itu ia menghasilkan Short Film pertamanya yang berjudul PARANOID. Yang dijadikan actor dan aktris dalam film ini tak lain istri dan teman-temannya. Karena ketertarikannya itu, Ia rela melepaskan kuliah jurusan desainnya dan masuk ke Columbia College of Hollywood, Los Angeles, California. Disini bapak dua anak ini memfokuskan pada jurusan Directing & Cinematography.  Dirinya membuat film berjudul PHOENIX untuk tugas terakhirnya sebagai mahasiswa. Lewat film ini Affandi mendapatkan penghargaan sebagai The Most Professional Set.
Affandi lulus dengan Magna Cum laude di Columbia College Hollywood dengan gelar Bachelor of Arts, tak lama setelah itu kembali ke Indonesia. Film Pencarian Terakhir (2008) merupakan film layar lebar pertamanya yang banyak mendapatkan pujian maupun penghargaan. Setelah itu muncul karyanya yang lain, Heart-Break.com 2009, Aku Atau Dia 2010, The Perfect House 2011, Negeri 5 Menara tahun 2012.
§  Latar belakang
Affandi dibesarkan ditengah keluarga yang sukses, serta keluarga pekerja keras. Didikan sejak kecil yang sudah terbiasa dituntut untuk maju membuat sosok Afandi menjadi orang sukses sekarang ini. Dalam keluarganya tidak mengalir darah seni sama sekali namun Afandi memiliki ketertarikan yang luar biasa akan dunia seni dan perfilman. Tuntutan orang tua untuk menjadi orang hebat seperti kakaknya membuat Afandi menekuni dunia yang ia minati dengan kuliah di luar negeri. Berlatar belakang jalan hidupnya yang berliku, penuh tuntutan, tekanan untuk selalu sukses membuat Afandi terispirasi melahirkan suatu karya yang dapat memotivasi anak negeri agar berani memiliki mimpi besar dan berani menghadapi segala tantangan untuk mewujudkan cita – cita tersebut. Afandi mencoba melahirka suatu film gebrakan yang penuh motivasi dari sepak terjal jalan hidup menuju sukses. Berkat ketekunannya ia dapat melahirkan karya – karya yang spektakuler.          
Mengenai pembuatan film negeri 5 menara tampaknya Afandi cukup lihai memberikan arahan penggarapan film tersebut. Secara teknik pengambilan gambar, sutradara Affandi Abdul Rachman sangat cerdik untuk membedakan suasana masa lampau di Maninjau dan masa kini di London dengan menggunakan 2 jenis kamera yaitu ARRI Alexa serta Canon 7D. hasil karya Afandi menghasilkan tampilan yang menawan membuat kebanyakan orang akan jauh lebih mudah menonton film berdurasi 2 jam dibandingkan membaca novel setebal 10 sentimeter. Indra pengelihatan dan pendengaran  dimanjakan  gambar bergerak serta tata suara spekatkuler dengan balutan musik tema. Otak akan lebih cepat merespon rasa dan pesan yang disampaikan tanpa harus membaca dan berimajinasi.
Dalam menampilkan kehidupan tokoh utama pun Afandi memberikan warna yang berbeda, ia mampu menghilangkan kesan kehidupan pondok yang monoton, kehidupan yang sayup – sayup, jauh dari perkembangan iptek dengan suasana yang lebih hidup. Pondok Madani digambarkan pondok yang penuh tantangan, serta disiplin yang tinggi. Pesantren yang cukup berkualitas serta memiliki banyak sekali peminat sangat ditonjolkan untuk meyakinkan penonton bahwa pendidikan di pesantren ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Buka hanya dari peminat namun dari segi seleksi digambarkan mereka memiliki prosedur yang pasti yakni calon siswa harus mengikuti tes saringan masuk dan setekah lolos tes akan mengikuti masa adaptasi selama satu tahun baru setelah itu akan mengikuti sekolah seperti layaknya system pendidikan sekolah formal.  Berpidato bahasa inggris salah satunya, Afandi memberikan kesan mewah serta study yang berkelas. Image kehidupan pondok yang kampungan sedikit diminimalisir yakni dengan menghadirkan metode pembelajaran yang tidak melulu memakai pakaian muslim seperti layaknya pondok namun memakai seragam elite bak pekerja kantor yang berdasi.
Sebagian pemeran merupakan wajah baru di belantika perfilman. Mereka sengaja di casting untuk mencari orang – orang baru yang bertalenta. Berkat tangan dingin sang sutradara mereka diolah sehingga acting nya teramu secara apik dan tidak terkesan canggung membawakan karakter tokoh dalam film. Semua pemain diarahkan secara tepat sehingga yang nampak dalam layar adalah acting mereka yang memukau. Pembuatan film yang sedemikian rupa berhasil meyakinkan penonton di manapun tempat kita menuntut ilmu jika bersungguh – sungguh akan mangantarkan kita pada puncak kesuksesan.
Penggaraban film ini diakui cukup mendetail di sisi tertentu. Afandi cukup jeli memikirkan setting lampau dengan menghadirkan sesuatu yang menajdi nyawa di era tersebut. Sebut saja dalam memilih bangunan yang menjadi rumah keluarga alif, afandi memikirkan secara matang sehinnga terpilihlah rumah bamboo sederhana di tepi danau maninjau. Dalam perjalanan menu pesantrenpun sutradara tak lupa memilih bis yang layak operasi pada zamannya yakni bis tua dengan fasilitas seadanya. Satu lagi yang membuat penonton benar – benar dibawa kedalam era 80 an adalah ketika Pondok Madani mengelar acara nonton bareng Final Piala Thomas. Dari sebuah TV hitam putih muncul sekilas gambar Liem Swie King atlit terkenal bulutangkis tahun 80an. Namun kejelian ini hanya dapat ditangkap oleh penonton berwawasan lebih di bidang olahraga. Memalui film yang di hadirkan sedetail ini penonton terasa lebih dimanjakan, serta lebih mengena sasaran daripada harus mengimajinasikan melalui novel yang terkadang apa yang penulis ingin sampaikan tidak mampu ditangkap oleh pembacanya.
2.      Penulis Skenario
§  Biografi
Salman Aristo adalah seorang penulis skenario film asal Indonesia. Salman Aristo mengambil jurusan jurnalistik di Universitas Padjajaran Bandung, dan merintis karir awal sebagai penulis naskah (scriptwriter) di tahun 2004 pada film "Brownies" yang tayang pada tahun 2005. Bersama istrinya, Ginatri S. Noer, dia menulis skenario untuk film Ayat-Ayat Cinta (2008). Salman memang menyukai film dan menulis sejak kecil. Di umurnya yang masih lima tahun, ia sering diajak orangtuanya ke gedung bioskop untuk menonton film Warkop. Sejak dari kecil itulah dirinya menjadikan menonton sebuah kegiatan utama. Sampai akhirnya ia kuliah di Universitas Padjajaran Bandung dengan mengambil jurusan jurnalistik. Hobi menulisnya ia tuangkan dengan menulis skenario film pendek, tapi itu semua menurutnya, film dan menulis skenario hanya sekedar hobi, karena ia lebih memilih bermusik.
Filmografi:
Sebagai Producer
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Director
Jakarta Hati (2012)
Sebagai Scriptwriter
Edensor (2012)
Sebagai Scriptwriter
Jakarta Hati (2012)
Sebagai Director
Make Money (2012)
Sebagai Scriptwriter
Jakarta Hati (2012)
Sebagai Co-producer
5 Elang (2011)
Sebagai Producer
5 Elang (2011)
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Producer
Sebagai Scriptwriter
Sang Penari (2011)
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Producer
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Director
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Associate Producer
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Co-producer
Sebagai Scriptwriter
Queen Bee (2009)
Sebagai Producer
Sang Pemimpi (2009)
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Scriptwriter
Karma (2008)
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Producer
Jomblo (2006)
Sebagai Scriptwriter
Alexandria (2005)
Sebagai Scriptwriter
Brownies (2004)
Sebagai Scriptwriter
Sebagai Scriptwriter
Cinta Silver (2004)
Sebagai Scriptwriter


Penghargaan yang diperoleh:
1)      Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2006 dalam film Jomblo memperoleh penghargaan Skenario Adaptasi Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
2)      Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2005 dalam film Brownies memperoleh penghargaan Skenario Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
3)      Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2009 dalam film Garuda di Dadaku memperoleh penghargaan Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
4)      Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2010 dalam film  Hari Untuk Amanda memperoleh penghargaan Penulis Skenario Cerita Asli dan Adaptasi Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
5)      Festival Film Jakarta Jakarta, Indonesia 2007 dalam film Jomblo memperoleh penghargaan Penulis Skenario Asli Terpilih sebagai Nominasi
6)      The Isfahan International Film Festival of Children and Young Adults Teheran, Iran 2011 dalam film Sang Pemimpi memperoleh penghargaan Naskah Terbaik (Golden Butterfly) sebagai pemenang
7)      Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2011 dalam film Sang Penari memperoleh penghargaan Skenario Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
8)      Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2011 dalam film Jakarta Maghrib memperoleh penghargaan Skenario Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
9)      Festival Film Indonesia Yogyakarta, Indonesia 2012 dalam film Garuda Di Dadaku 2 memperoleh penghargaan Penulis Cerita Asli Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi





§  Latar belakang
Salman aristo merupakan penulis scenario berbakat yang sudah berkali – kali karyanya masuk nominasi dalam festival film. Berlatar belakang keluarga yang menyukai seni dan berbagai tontonan. Darah seni begitu besar mengalir dalam darahnya. Selain orang tuanya yang dekat dengan seni, ternyata istri nya pun seorang seniman. Istrinya juga sosok wanita anggun yang berprofesi sebagai penulis scenario. Selalu hidup dilingkungan orang – orang penyuka seni membuatnya ikut arus menyelami seni. Ia sangat hobi dalam menulis. Menorehkan tulisan dalam menggarab scenario film pendek sudah menjadi rutinitasnya. Minatnya dalam bidang seni tidak ecek –ecek. Ia memiliki kemampuan yang sangat mumpuni karena ia telah mengasah kemampuannya sembari menuntut ilmu di universitas negeri padjadjaran jurusan jurnalis. Berkali – berkali menulis scenario membuat ia semakin pandai mengolah kata – kata menghadirkan suasana yang nyata dari setiap tulisannya.
Begitupula dalam menggarab scenario film negeri 5 menara. Segala yang keluar dari mulut serta gerak – gerik pemain tidak terlepas dari karya scenario salman. Ia menggambarkan kehidupan yang ingin dihadirkan secara jelas. Menggunakan tata bahasa yang tepat, logat yang mewakili setiap karakter pemain menjadikan scenario salman terkesan semakin menghidupkan karakter tokoh. Tidak hanya menonjolkan peran namun naskah yang ada telah mengantarkan film negeri 5 menara menjadi tontonan yang tidak hanya padat kata namun juga kaya makna dan pesan moral.  Ide serta pemikirannya cukup brilian untuk menggambarkan setiap sudut setting film. Menggunakan bahasa yang khas salman menghadirkan nuansa lemah lembut dalam setiap kata pengantar masuk dialog tokoh. Para pemain baru dibuatnya bak pemain professional dengan dialog yang sederhana namun mengena sehingga pemain dapat melebur dengan karakter tokoh yang diperankan. Salman benar – benar menyelami kehidupan pesantren sehingga ia dapat menuliskah naskah yang sesuai. Para tokoh yang menjadi warga pesantren dengan fasih mengucap beberapa lafadz Allah, melafalkan jargon pengantar kesuksesan yakni man Jadda WaJadda, memberikan nama gank beranggotakan 6 orang pemain utama dengan nama sahibul menara (pemilik menara), serta pelafalan kutipan hadist yang di ucapkan oleh beberapa pemeran kyai dan santri senior di pesantren.
Terkadang novel dan film melahirkan sudut pandang yang berbeda. Sehingga apa yang pembaca imajinasikan ketika membaca novel dan ketika menikmati film memiliki perbedaan visi. Dalam hal ini penulis scenario salman aristo mampu menggambarkan apa yang ada dalam novel hampir mirip dengan apa yang di filmkan. Salman mampu mewakili imajinasi pembaca novel dengan menuangkannya dalam bentuk audio-visual yang memukau. Hal ini tidak terlepas kerja keras sang penulis scenario untuk berdiskusi dengan penulis novel demi kesamaan visi dan penyajian sudut pandang cerita Negeri 5 menara. Selain itu berangkat dari spirit mantra man jadda wajada produser sekaligus penulis scenario ini mampu mentransfer energy dari novelnya kedalam film sehingga penonton juga ikut termotivasi ikut bangkit bersama spirit manjadda wajada.
3.      Nilai – nilai
Nilai yang terkandung dalam film negeri 5 menara diantaranya adalah :
a)      Nilai Ketuhanan
Sangat banyak nilai ketuhanan yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara, diantaranya kita sebagai manusia sama di sisi Allah.
b)      Nilai Moral
Kebersamaan Sahibul Menara dalam menghadapi segala hal dengan kerja sama dan pantang menyerah
c)      Nilai Sosial
Di kehidupan pesantren, kita tidak diajarkan untuk egois, tapi saling membantu satu sama lain, mengutamakan kesolidaritasan.
d)     Nilai Ekonomi
Para pengajar di Pondok Madani tidak meminta untuk dibyar, mereka ikhlas mendidik santri karena Allah SWT, serta santri di Pondok Madani yang banyak kekurangan secara ekonomi tetapi masih bisa bersekolah di Pondok Madani.
e)      Nilai Budaya
Anak laki-laki dan seorang ayah masyarakat Minangkabau tidak pernah berangkulan .
f)       Nilai Agama
Film ini menceritakan tentang kehidupan pesantren yang selalu mengajarkan nilai-nilai agama, mulai dari keikhlasan, bersikap jujur, disiplin dan lain sebagainya.

4.      Aliran
Aliran merupakan dasar pemikiran pengarang dalam menyelami suatu karya sastra, di dalam film Negeri 5 Menara menganut Aliran Realisme yang melukiskan kejadian apa adanya, bukan berlebihan dan bukan pula dengan lambang. secara nyata meggambarkan kehidupan masyarakat minangkabau secara nyata serta kehidupan di lingkungan pesantren secara mendetail. Realisme Sosial menggambarkan problem social seperti kemiskinan serta budaya orang tua yang mengarahkan anak mencapai masa depan yang cemerlang.
Dalam film tersebut ditunjukkan pengorbanan keluarga alif yang merelakan sebagian harta demi biaya sekolah di pesanren yakni dengan menjual kerbau agar uangnya dapat digunakan perjalanan ke pondok yang memakan waktu 3 hari 3 malam serta biaya hidup alif selama dipesantren. Selain itu ditunjukkan pula budaya bakti anak terhadap orang tua serta mau merawat nenek di masa tua nya walaupun seorang tokoh harus merelakan pendidikan serta berpisah dengan teman - temannya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang terjadi dalam dunia nyata, pemandangan yang biasa terjadi di lingkungan sekitar yang menjadi bagian pertaruhan mencapai pendidikan yang tinggi.

5.      Tata artistic
Tata artistic merupkan ide panggung yang disampaikan penata kepada scenario. Tata artistic film negeri 5 menara cukup mendetail, serta penataan yang mewakili suasana kala itu serta suasana pada zamannya. Namun dalam menghadirkan cerita di akhir film penata artistic kurang begitu lihai karena penampilan background tanah London tidak ditampilkan secara utuh. Hal ini membuat penonton masih merasa penasaran dan menerima penutupan film yang sedikit kurang memuaskan. Perjuangan di negeri seberang diharapkan penonton tersaji pula secara runtut seperti layaknya ketika menjelaskan suka duka kehidupan di pesantren. Namun dalam penyajiannya penonton diajak melompat tanpa bisa menyimak lanjutan perjuangan mengejar mimpi besar para pemeran utamanya. Perjuangan mendadak mencapai goal nya dengan menjadi orang – orang sukses di Negara impian masing – masing pemain.
6.      Penata rias
Tata rias merupakan hal yang penting. Hal tersebut mewakili zaman serta karakter tokoh. Penata rias mampu menyesuaikan kehidupan tokoh di lingkungan pedesaan dengan menghadirkan tampilan yang sederhana tidak begitu banyak make up. Tata rias juga sangat sesuai ketika menghadirkan kehidupan religius di pondok dengan nada yang kalem dan tidak ada tata rias yang modern dan terkesan glamour. Mengenai tata rambut pemain dihadirkan dengan cukup teliti, yakni ketika masuk lingkungan pondok madani yang disiplin pemeran tokoh alif misalnya dimunculkan dengan tampilan gaya rambut yang plontos seperti taruna yang hendak terjun dalam masa pendidikan semi  militer. Kesan study disiplin penuh tantangan mampu membawa penonton ikut merasakan kerja keras yang akan muncul dalam kehidupan pesantren.

7.      Penata kostum
Kostum dihadirkan secara apik sesuai karakternya. Yakni amak dan ayah alif yang notabene orang asli minangkabau mengenakan kostum ala masyarakat minang yang taat akan agama, dimana ayah memakai songkok serta amak memakai kain kerudung yang digunakannya menutup kepala. Ke enam tokoh remaja sebagai pemeran utama juga menerima penataan kostum yang pas dengan usia remaja mereka. Selain itu warga pesantren walaupun diberi tampilan kostum yang sedikit modern tetap tidak meninggalkan nuansa taqwa. Mengenakan sarung, sorban serta jilbab dihadirkan full dalam film sehingga film terkesan begitu hidup seperti cerita yang memang ingin disampaikan oleh pengarang. Namun selain itu terdapat satu koreksi mengenai pengenaan kostum yang terkesan modern sedikit melenceng dari setting masa lampau. Secara visual penonton tidak brgitu dimanjakan dengan elemen pendukung nuansa dua puluh tahun yang lalu. Tapi alur cerita dan ornamen psikologis tokoh sangat menggambarkan era itu. Seperti ketika Alif ingin masuk ITB dan sangat terobsesi dengan  tokoh BJ Habibie . Menristek Indonesia lulusan Jerman yang mampu membuat pesawat terbang. Di eranya tokoh ini memang menjadi inspirasi anak muda Indonesia.





BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Cerita yang dituangkan dalam film sangat menarik dan tidak monoton karena penonton dimanjakan dengan tampilan setting yang memukau.
2.      Film terkesan hidup dan mampu mengalirkan energi positif kepada penonton melalui mantra Man Jadda Wajada.
3.      Film mampu memberikan motivasi hidup penonton untuk terus berjuang meraih mimpi serta menggapai puncak menara kesuksesan.
4.      Film dikemas secara apik sehingga mampu menyajikan film yang menghibur tanpa mengaburkan nilai moral yang ingin disampaikan.
5.      Film penuh motivasi ini layak dinikmati semua kalangan karena memberikan motivasi yang dibutuhkan masyarakat agar tidak takut untuk bermimpi.

B.     Saran
Adapun saran yang penulis berikan ialah :
1.      Diharapkan para pembaca makalah ini dapat menghayati film secara mendalam agar menangkap seluruh motivasi hidup yang tertuang dalam film.
2.      Hendaknya penonton dapat memetik hikmah dari film sebagai salah satu acuan hidup para  pemuda Indonesia untuk kehidupan masa depan kelak serta bekal untuk berjuang menggapai mimpi.
3.      Film penuh inspirasi seperti ini harus sering diputarkan agar dapat memotivasi banyak penonton.
4.      Film bertema pendidikan yang mengusung latar religi seperti ini sebaiknya banyak disuguhkan demi memperbaiki moralitas bangsa yang kian menurun seiring kemajuan Iptek di era global.

3 komentar: