BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa
didefinisikan sebagai alat untuk berkomunikasi. Pendapat ini diperkuat oleh
Tarigan yang mengatakan bahwa bahasa dipergunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi. Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi
perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang
mengandung maksud dan tujuan, Tarigan Oleh karena itu, dengan komunikasi dapat
mempermudah dalam proses interaksi. Dengan kata lain, bahasa memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa memiliki
peran sentral dalam mengembangkan intelekutal, sosial, dan emosional mahasiswa, Suharyati
(2007:1). Dikatakan demikian karena dengan bahasa, masiswa akan berupaya
untuk menjaga hubungan dengan sesama individu ataupun dengan lingkungan,
sehingga dapat berdampak pada peningkatan intelegensi dan emosional mahasiswa.
Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang mampu merangsang mahasiswa untuk dapat
meningkatkan komunikasi mahasiswa. Pembelajaran
itu adalah pembelajaran bahasa. Dengan pembelajaran bahasa ini diharapkan mampu
mempermudah mahasiswa dalam mengenal
kepribadiannya, budayanya, dan budaya orang lain.
Budaya
diartikan sebagai pikiran, Yandianto Dengan demikian hasil budaya merupakan
hasil cipta atau pemikiran manusia. Salah satu hasil budaya yang dapat
ditemukan di masyarakat yaitu hasil sastra. Menurut
Sumardjo dan K.M sastra didefinisikan sebagai karya dan kegiatan seni yag
berhubungan dengan ekpresi dan penciptaan. Sastra memiliki fungsi sebagai
penghalus budi pekerti, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan atau kepedulian
sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan
ekpresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis
Suharyati.
Dalam
perkembangan sastra Indonesia, hasil sastra memiliki ragam bentuk. Salah satu
bentuk karya sastra Indonesia adalah Novel. Novel memiliki kedudukan penting
dalam perkembangan sastra Indonesia. Perkembangan novel Indonesia pernah
mengalami masa keemasan pada jaman Balai Pustaka dan Pujangga Baru yang pada
waktu itu dikenal dengan istilah roman seperti yang diungkapkan Rosidi.
Pembelajaran
sastra yang baik tidak hanya diisi dengan penjelasan-penjelasan teori dan ilmu
sastra tetapi pembelajaran sastra harus mampu meningkatkan kompetensi berbahasa
mahasiswa. Oleh karena
itu, mahasiswa harus dapat
mengapresiasi karya sastra serta memahami makna sastra itu sendiri, sehingga
peserta didik akan termotivasi dan meningkatkan kecintaan mahasiswa terhadap
sastra.
Pembelajaran
sastra diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami, menikmati, dan menghayati
karya sastra, Depdiknas.
Oleh karena
itu, guru sebagai pendidik tidak hanya berperan sebagai penyalur
pengetahuan-pengetahuan sastra saja, tetapi harus mampu mengembangkan
pengetahuan tersebut dan membekali peserta didik dengan keahlian
mengapresiasikan sastra.
Seperti yang
telah diungkapkan sebelumnya bahwa salah satu bentuk karya sastra Indonesia adalah film. Definisi
Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi
dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan
hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui
proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa
suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi
mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. Sejalan dengan perkembangan media
penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser.
Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media
film). Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog
maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya
sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.
Dalam film terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
yang meiputi tema, alur (cerita), penokohan (watak), latar (setting), amanat
(pesan), sudut pandang, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi
unsur religi, sosial, moral, politik, kebudayaan, ekonomi, pendidikan, sejarah,
dan lain sebagainya.
Penelitian
terhadap karya
sastra film tujuannya untuk mengetahui seluk-beluk yang tersurat dan tersirat dalam film dan
mengungkapkan unsur-unsur film didalamnya
seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah : “ Bagaimana analisis unsur instrinsik dan
ekstrinsik film negeri 5 menara? “
C. Tujuan
Penulisan
1. Secara umum
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang unsur intrinsik film
Indonesia.
2. Secara khusus
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
§ Untuk
memperoleh gambaran tentang alur cerita, pelaku, dan latar film yang berjudul
“negeri 5 menara” Karya Ahmad Fuadi.
§ Mengaplikasikan
teori yang diberikan dosen mengenai cara menganilis sebuah karya sastra.
§ Memenuhi
tugas mata kuliah kajian kesastraan mengenai analisis unsure instrinsik dan
ekstrinsik suatu karya sastra baik drama ataupun film
D. Manfaat
penulisan
Manfaat bagi penulis:
1. Mengetahui
kemampuan penulis dalam mengapresiasi karya sastra, (film)
2. Menambah
keterampilan penulis dalam mengapresiasi karya sastra, (film)
3. Menarik
minat apresiasi penulis terhadap karya sastra, (film)
Manfaat bagi pembaca :
1. Penulisan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman pembaca dalam mempelajari unsur intrinsik dan ektrinsik suatu film.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
film
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie.
Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari
kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan
cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid.
Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal
dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar =
citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat
melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa
kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda
(termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera
film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan
teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci
film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan
menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal
dan larut bersama cairan pengembang (developer).
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta
seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang
dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita
video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam
segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik,
atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan
dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau
lainnya;
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media
sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini
sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang
dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada
generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik
sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan
ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media
penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita,
cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya
adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai
penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam
bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat
diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini
sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap
pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari
media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil
akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun
digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah
mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang
mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan
sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual
(gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media
sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini
sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang
dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser
padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang
sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang
pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog,
dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari
pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang
memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam
bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita
dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini
sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap
pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media
analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir
karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari
istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya
seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang)
seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.
B. Unsur-Unsur
Film
Film
mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah:
a. Unsur Intrinsik
Unsur
yang terdapat di dalam karya sastra.yang mempengaruhi karya sastra
tersebut,unsure intrinsik dalam cerita meliputi :
1. Tema
Pokok persoalan dalam
cerita.
2. Karakter
tokoh
Tokoh dalam cerita.
Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda. Karekter dapat dibagi
menjadi:
§ Karakter
utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam cerita
§ Karakter
pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
Protagonis : karakter/tokoh
yang mengangkat tema.
Antagonis :
karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan
karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat).
3. Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter
dalam cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang
pada akhirnya membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua
garis besar:
§ Konflik
internal
Individu-diri sendiri:
Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak
yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai.
Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
§ Konflik
eksternal
Individu – Individu:
konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam:
Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan
individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam.
Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan
masyarakat atau lingkungan hidupnya.
4. Seting
Keterangan tempat,
waktu dan suasana cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya,
kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung
5. Plot
/ Alur
Jalan cerita dari awal
sampai selesai
§ Eksposisi
: penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai
memunculkan konflik/ permasalahan)
§ Klimaks
: puncak konflik/ ketegangan
§ Falling
action: penyelesaian
6. Sudut
pandang
Sudut pandang yang
dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
§ Orang
pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan
penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui
segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini
adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
§ Orang
kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini
jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
§ Orang
ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka
dan dia.
7. Teknik
penggunaan bahasa
Dalam menuangkan
idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa
sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan
bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik
berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.
8. Amanat
Nilai (amanat) : pesan
atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang malalui cerita.
a.
Unsur
Ekstrinsik
Dikatakan
Fananie (2001:77) Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang
melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif
pengarang yang bisa berupa kondisi social, motivasi, tendensi yang mendorong
dan mempegaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat
meliputi :
a. Latar
belakang pengarang
b. Tradisi
dan nilai-nilai
c. Struktur
kehidupan sosial
d. Keyakinan
dan pandangan hidup
e. Tata
rias
f. Tata
busana
g. Tata
artistik
h. Aliran
BAB III
IDENTITAS FILM
A. SINOPSIS
Alif (Gazza Zubizareta)
lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan,
bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau
Maninjau. Alif adalah seorang anak sederhana yang baru saja lulus SMP di
Maninjau. Bersama sahabatnya Randai (Sakurta Ginting),
Alif ingin melanjutkan SMA di kota Bandung dan kemudian masuk ke Kampus
idamannya, ITB dan mengejar mimpi besarnya menjadi sosok Habibie masa kini.
Namun mimpi tinggal mimpi ketika Amaknya (Lulu Tobing)
menginginkan Alif untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo,
jawa Timur. Walau pada awalnya Alif tidak mau, akhirnya Alif memenuhi pinta
orang tuanya, walau dengan setengah hati.
Saat Alif tiba di Pondok Madani bersama Ayah (David Chalik),
hatinya makin remuk. Tempat itu benar-benar makin ‘kampungan’ dan mirip penjara
di matanya. Ditambah lagi dengan keharusan mundur setahun untuk kelas adaptasi.
Alif menguatkan hati untuk mencoba menjalankan setidaknya tahun pertama di
Pondok Madani ini. Namun dibalik pandangan akan lingkungan pondok yang
kampungan ia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab,
anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan
Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di
udara.
Awalnya, Alif lebih sering menyendiri. Namun, seiring berjalannya waktu,
Alif mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu Baso (Billy
Sandy) dari Gowa, Atang (Rizky Ramdani) dari Bandung, Said (Ernest Samudera)
dari Surabaya, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan, dan Dulmajid (Aris Putra) dari
Madura. Persahabatan dimulai dari hukuman jewer berantai yang diberikan oleh
salah satu pengajar di pondok tersebut. Mereka berenam selalu berkumpul di
menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik
menara. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu
maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian
masing-masing. Mereka tidak tahu kemana impian jiwa muda ini membawa mereka.
Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun.
Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Suasana kian menghangat di kelas pertama, saat Alif disentak oleh
teriakan penuh semangat dari Ustad Salman (Donny
Alamsyah): Man Jadda Wajada! Artinya, Siapa yang bersungguh-sungguh
pasti akan berhasil. “Mantra” ini lah yang menambah semangat dan kegigihan
keenam anak itu. Para sahibul menara selalu berpikir penuh visi dan
bercita-cita besar. Mereka masing-masing memiliki ambisi untuk menaklukan
dunia. Dari tanah Indonesia, Amerika, Eropa, Asia hingga Afrika. Dibawah menara
Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk bisa menaklukan dunia, mencapai
cita-cita; Dan menjadi orang besar yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
B. SOUNDTRACK
Ost. Negeri 5 Menara merupakan sebuah album musik kompilasi yang dirilis
pada tahun 2012, bergenre Pop
yang dicetuskan oleh Label Yovie
Widianto Music Factory. Lagu utamanya di album ini ialah Galau dari
Yovie & Nuno.
C. DAFTAR
LAGU
§ Man
Jadda Wajada (Yovie & Nuno)
§ Galau
(Yovie & Nuno
§ Inginku
(Bukan Hanya Jadi Temanmu) (Yunika)
§ Doamu
Ibu (Base Jam)
§ Menahan
Rindu (Andhika Pratama & Eriska Reinisa)
§ Melukis
Mimpi (Teza Sumendra & Yunika)
D. KRU
FILM
1.
Sutradara :
Affandi Abdul Rachman
2.
Produser :
Salman Aristo, Aoura Lovenson Chandra, Dinna Jasanti
3.
Penulis :
Salman Aristo
4.
Musik :
Aghi Narotama
5.
Penyunting :
Cesa David Luckmansyah
6.
Distribusi :
Million Pictures
7.
Durasi :
120 menit
8.
Negara :
Bendera Indonesia Indonesia
9.
Bahasa :
Bahasa Indonesia
10.
Pemain :
|
Gazza Zubizareta
Sebagai alif
|
|
Doni alamsyah
Sebagai Ust.Salman
|
|
|
|
Ernest Samudra
Sebagai Said
|
|
Billy Sandy
Sebagai baso
|
|
Rizki Ramdani
Sebagai Atang
|
|
Aris Putra
Sebagai Dulmajid remaja
|
|
Jiofani Lubis
Sebagai Raja
|
|
Eriska Rein
Sebagai Sarah
|
|
Sakurta Ginting
Sebagai Randai
|
|
Lulu Tobing
Sebagai Amak
|
|
Andhika Pratama
Sebagai Fahmi
|
BAB IV
ANALISIS
A.
Unsur-Unsur
Intrinsik
1. Tema
Tema
Film Negeri 5 Menara adalah Pendidikan, hal ini dapat kita lihat sendiri dari
lembaran-lembaran novel ini yang menceritakan bagaimana tokoh-tokoh utama di
dalamnya mengenyam pendidikan di dunia pesantren, apalagi dalam Film ini dibuka
dengan kata mutiara dari Imam Syafi'i yang berhubungan dengan penuntutan ilmu .
2. Tokoh
dan Penokohan
Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis yaitu Tokoh berprilaku
baik didalam suatu cerita. Didalam Film yang berjudul “negeri 5 menara“ ini
tokoh- tokoh yang termasuk tokoh
protagonis yaitu :
a) Alif
Fikri
Dia adalah pemeran utama dalam novel ini.
§ Secara
Fisiologis : seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam,
berkulit sawo matang, memakai kacamata, berpostur tubuh tinggi, kurus.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari Padang daerah sekitar Danau Maninjau, baru lulus MTs
( Madrasah Tsanawiyah) setara dengan SMP, berasal dari keluarga menengah bawah,
kental dengan agama islam.
§ Secara
Psikologis : keras kepala, baik hati, berbakti kepada orang tua, cerdas, teguh
pada pendirian, beragam Islam.
Berikut cuplikannya:“
kalau begitu,kalau kita mau berhasil ujian ini, kita belajar sedikit lebih lama
dari kebanyakan teman –teman di Kamp konsentrasi ,“Simpulku. “ Bismillah ya
Tuhan, sudah aku kerahkan segala usaha, sekarang aku serahkan penampilanku
kepadamu dengan segala ikhlas,”gumamku.
b) Raja
Lubis
Dia merupakan teman
Alif pada waktu di PM.
§ Secara
Fisiologis : seorang anak laki-laki berusia sekitar 17 tahun, berambut hitam
cepak, berkulit sawo matang, berbadan sedang, tinggi.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari Medan, pindah dari SMA dan masuk Pondok Madani,
berasal dari keluarga menengah bawah, sahabat Alif di Pondok Madani.
§ Secara
Psikologis : tempramental, tetapi sebenarnya baik, keras, pintar bermain alat
musik, beragama islam.
Berikut Cuplikannya :
“Untuk menarik perhatian pendengar, selain menggunakan suara yang lantang, ikat
meraka dengan matakau, pandang mata mereka dengan lekat,” saran Raja sambil
mengarahkan 2 jari kemataku. “Arti harfiahya Kotak, bukan lemari (tempat
pakaian buku dan segala macam yang kita punya.Lemari kecil yang lebih
menyerupai kotak,” terang raja yang memiliki banyak informasi dan dengan senang
hati berbagi.
c) Baso
Salahuddin
Dia adalah teman alif di PM.
§ Secara
Fisiologis : seorang anak
laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam, deretan gigi tidak rapih,
berkulit hitam, kurus, tidak terlalu tinggi.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari Goa Gorontalo, berasal
dari keluarga menengah kebawah, yatim piatu, kental dengan agama islam, sahabat
Alif di Pondok Madani.
§ Secara
Psikologis : baik hati, cerdas,
paling pintar diantara shahibul menara, pintar baca alquran, kurang fasih dalam
berbahasa inggris, bijaksana, sabar, beragama islam.
Berikut kutipan ceritanya
: “melihat yang bukan mukhrim bisa menghilangkan hapalan Al-Qur’an ku”, kata
baso dengan suara rendah.
d) Said
Jufri
Dia adalah teman alif di PM
§ Secara
Fisiologis : seorang anak
laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam, berkulit hitam, montok,
tinggi.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari
Surabaya, berasal dari keluarga menengah, sahabat Alif di Pondok Madani.
§ Secara
Psikologis : baik hati, senang bercanda, beragama
islam.
Berikut kutipan
ceritanya : “tenang akhi , sebentar lagi kita akan selamat. asrama
tinggal 100 m lagi insyaallah tidak akan kena hukum”, kata said dengan sangat
optimis. Said , ”Ya akhi , sebelum keasrama ,kita ke studio foto dulu yuk .
kapan lagi tiga orang berkepala shaolin berfoto pakai sarung.” , said memang
selalu tau bagaimana mengambil sisi positif dari setiap bencana .
e) Atang
Dia adalah teman Alif pada waktu di PM.
§ Secara
Fisiologis : seorang anak
laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam cepak, berkulit sawo matang,
kurus, tidak terlalu tinggi.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari
Bandung, berasal dari keluarga menengah bawah, bahasa sundanya kental sekali,
pintar elektronik, sahabat Alif di Pondok Madani.
§ Secara
Psikologis : ramah,
ceplas-ceplos, pintar dalam elektronik, beragama islam.
Berikut kutipan
ceritanya : “Eh......kenalkan nama saya Atang,” sambil
menyorongkan tangannya, dan buru – buru dia menambahkan , “saya dari Bandung
urang sunda,” “Said, ingat jangan kita menjadi Jasus 2x dalam 2 bulan,” sahut
Atang disaat hendak melakukan kesalahan.
“Aku
juga tidak punya duit sekarang, tapi aku bisa menjamin tinggal kalian selama
diBandung. Pergi ke Bandung jelas tidak bayar karena naik mobil bapakku, untuk
ongkos kembali dari Bandung ke PM aku bisa meminjamkan nanti,” bujuk Atang pada
saat ingin mengajak Alif dan Baso.
f) Dulmajid
Dia adalah teman Alif juga pada waktu di
PM.
§ Secara
Fisiologis : seorang anak laki-laki
berusia sekitar 15 tahun, berkulit hitam, berambut hitam, berpostur tubuh
tinggi, montok.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari
Madura, berasal dari keluarga menengah, sahabat Alif di Pondok Madani.
§ Secara
Psikologis : baik hati, senang bercanda,
beragama islam.
Berikut kutipan
ceritanya :“ Lif, aku akan menunggumu sampai kamu selesai
mengerjakan tugas itu ,” kata Dulmajid
g) Amak
Beliau merupakan Ibu Alif .
§ Secara
Fisiologis : seorang Ibu
berusia sekitar 35 tahun, berjilbab, berkulit sawo matang, berpostur tubuh
tidak terlalu tinggi, bertubuh sedang.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari padang
daerah sekitar Danau Maninjau, kental dengan agama Islam, keluarga menengah
bawah.
§ Secara
Psikologis : keras kepala, baik
hati, teguh pada pendirian, beragama islam.
Berikut kutipan
ceritanya : “Bang Ambo ingin berlaku adil , dan keadilan hrus
dimulai dari diri sendiri, bahkan anak sendiri. Aturannya siapa yang tak mau
praktek menyanyi dapat angka merah,” kata Amak ketika Ayah bertanya, “kok tega
memberi angka buruk pada anak.
“Kita
disini adalah pendidik. Kalau kayak begini ini bukan mendidik, kemana muka kita
disembunyikan dari Allah yang maha melihat.Ambo tak mau ikut bersokongkol dalam
ke tidak jujuran ini,” frontal dan pas di ulu hati.
h) Ayah
Alif
§ Secara
Fisiologis : seorang Ayah berusia sekitar 40 tahun,
berambut hitam, berkulit sawo matang, berpostur tubuh tinggi, tidak terlalu
kurus.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari Padang
daerah sekitar Danau Maninjau, kental dengan agama Islam, keluarga menengah
bawah.
§ Secara
Psikologis : lemah lembut,
sabar, bijaksana, beragama islam.
Berikut kutipa
ceritanya : “ Pak anak ambo kelakuanya baik dan NEMnya
termasuk paling tinggi di Agam, kami kirim untuk mendalami agama,” ucap ayah
pada saat berbicara dengan pak Sutan yang menjengkelkan.
i)
Kyai Rais
Beliau adalah guru besar Alif pada waktu di PM.
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 50 tahun, berkulit hitam, berambut hitam sedikit beruban,
bertubuh tinggi besar.
§ Secara
Sosiologis : seorang kiai
Pimpinan Pondok Madani, berpendidikan, ahli agama.
§ Secara
Psikologis : berwibawa,
bijaksana, cerdas, baik hati, beragama islam. .
Berikut kutipan
ceritanya : “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan
maju. I’timad Ala Nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang
lain, cukuplah bantuan Tuhan yang menjdi panutanmu,” Nasihat Kyai Rais.
j)
Kak Iskandar
Dia
adalah ketua asrama Al barq, tenpat Alif
dengan Sahibul yang lain tidur.
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 19 tahun, berpostur tubuh tinggi, berkulit sawo matang,
berambut hitam, memakai peci, jas, tidak terlalu kurus.
§ Secara
Sosiologis : kelas 4 di Pondok
Madani, kepala asrama indonesia 1.
§ Secara
psikologis : baik hati,
bijaksana, beragama islam.
Berikut kutipannya :
“ Sebelum tidur, kami akan bacakan Qonun, aturan tidak tertulis yng tidak boleh
dilanggar. Pelanggaran pasti akan diganjar sesuai dengan kesalahannya dan
ganjaran paling berat adalah dipulangkan dari PM selama – lamanya,” katanya
dengan serius dan tegas.
k) Randai
Dia
adalah teman kecil (teman akrab) Alif di Maninjau (dikampungnya)
§ Secara
Fisiologis : seorang anak
laki-laki berusia sekitar 15 tahun, berambut hitam ikal, bergigi sedikit
tonggos, berkulit hitam, kurus, tidak terlalu tinggi.
§ Secara
Sosiologis : berasal dari Padang
daerah sekitar Danau Maninjau, baru lulus MTs ( Madrasah Tsanawiyah) setara
dengan SMP, berasal dari keluarga menengah bawah, kental dengan agama islam,
sahabat karib Alif.
§ Secara
Psikologis : sedikit sombong,
pintar, beragama islam.
Berikut kutipannya
: “Kmu belum pernah lihat Komputer kan ? nah disini semua murid ikit belajar
komputer karena sekolahku baru membuat Lab komputer yang paling modern di kota
kita,senagnya” katanya dengan bangga hati.
l)
Ust Faris
Dia adalah Guru Alif di
PM, beliau mengajar Al- Qur’an Hadist
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 50 tahun, berkulit hitam, berambut hitam sedikit beruban,
bertubuh tinggi besar.
§ Secara
Sosiologis : seorang kiai
Pimpinan Pondok Madani, berpendidikan, ahli agama.
§ Secara
Psikologis : berwibawa,
bijaksana, cerdas, baik hati, beragama islam.
Berikut kutipannya
: “Bacalah Al – Qur’an dan Al Hadist dengan mata hati kalian, resapi dan
lihatlah mereka secara menyeluruh, saling berkait menjadi pelita bagi kehidupan
kita,” katanya dengan suara Bariton yang sangat terjaga vibranya.
m) Ust
Kholid
Beliau
adalah ustad yang sangat berpengalaman, dia juga pernah menuntut ilmu di Kairo,
orangnya baik.
Brikut kutipannya
: “ Iya sederhanya, kalau kita mewaqafkan tanah jesekolah maka tanah itu
berpindah ketangan sekolah itu selamanya
untuk kepentingan sekolah dan umat. Dan saya, karena tidak punya tanah, yang
saya waqafkan diri saya sendiri,” kata Ust Khalid
n) Ust
Salman
Beliau
adalah Wali Kelas Alif di PM, beliau mengajar pelajaran sejarah di PM.
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 30 tahun, berambut hitam, berkulit putih, tidak terlalu kurus,
berpostur tubuh tinggi, selalu memakai peci, baju koko.
§ Secara
Sosiologis : salah satu staff
pengajar di Pondok Madani, berpendidikan, Ahli Ilmu Agama.
§ Secara
Psikologis : semangat,
berapi-api, bijaksana, senang memberi motivasi, cerdas, baik hati, beragama
islam.
Berikut kutipannya
: “ Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah pelajran yng
bisa kita tarik ke masa sekarang, untuk mempersiapkan masa depan yang lebih
baik,” jelasnya.
“
Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun, karena
kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai
pemiliknya adalah hati orang sukses,” tandasnya dengan mata berkila - kilat.
o) Fahmi
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 19 tahun, berkulit sawo matang, berambut hitam, memakai
kacamata, bertubuh tinggi kurus.
§ Secara
Sosiologis : Pimpinan Majalah
Syam (majalah di Pondok Madani), siswa kelas 4 di Pondok Madani.
§ Secara
Psikologis : baik hati, tegas,
cerdas, beragama islam.
§
p) Ahmad
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 40 tahun, berkulit sawo matang, berambut hitam, berpostur tubuh
tidak terlalu tinggi, kurus.
§ Secara
Sosiologis : asisten kiai Rais.
§ Secara
Psikologis : baik hati, beragama
islam.
q) Sarah
§ Secara
Fisiologis : seorang anak
perempuan berusia sekitar 15 tahun, berkulit putih, cantik, berjilbab, bermata
sipit, bertubuh langsing, tinggi.
§ Secara
Sosiologis : keponakan Kiai Rais, berpendidikan,
kental dengan Agama Islam.
§ Secara
Psikologis : baik hati, pintar
fotografi, agamis, beragama islam.
r) Anisa
§ Secara
Fisiologis : seorang anak
perempuan berusia sekitar 15 tahun, berkulit putih, berjilbab, bertubuh
langsing, tidak terlalu tinggi.
§ Secara
Sosiologis : Anak perempuan Kiai
Rais.
§ Secara
Psikologis : baik hati, penurut,
beragama islam.
s) Istri
Kyai Rais
§ Secara
Fisiologis : seorang perempuan
berusia sekitar 40 tahun, berkulit putih, berjilbab, bertubuh montok, tidak
terlalu tinggi.
§ Secara
Sosiologis : istri dari Kiai
Rais, berpendidikan.
§ Secara
Psikologis : baik hati, beragama
islam.
Tokoh
Antagonis
Tokoh
Antagonis yaitu tokoh yang biasanya memiliki prilaku yang jelek atau jahat,
dalam Novel ini tokoh yang bertidak sebagai tokoh antagonis yakni :
a) Tyson
( Rajab Suja’i)
Dia
merupakan orang terhoror (paling di takuti) Alif selama di PM
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 19 tahun, berambut hitam, berkulit hitam, berwajah sangar,
berpostur tubuh tinggi besar, selalu memakai sepeda.
§ Secara
Sosiologis : disegani
murid-murid di Pondok Madani, bertugas menjaga keamanan di Pondok Madani, siswa
kelas 4 di Pondok Madani, selalu dijuluki “mike tison” oleh anggota Shahibul
Menara.
§ Secara
Psikologis : tegas, berwibawa,
keras, disiplin, beragama islam.
Berikut kutipannya
: “Hei...... nanti dulu, kalian tetap dihukum, di PM tidak ada kesalahan yang
berlangsung tanpa dapat ganjaran ,” hardik si Tyson.
b) Ust
Torik
Dia
adalah orang kedua yang paling ditakuti setelah Tyson.
§ Secara
Fisiologis : seorang laki-laki
berusia sekitar 30 tahun, berkulit sawo matang, berambut hitam, bertubuh tinggi
besar.
§ Secara
Sosiologis : seorang ustadz
pemimpin club bulu tangkis, berpendidikan,selain itu memegang surat izin untuk
keluar masuk Pondok Madani.
§ Secara
Psikologis : disiplin, tegas, mahir bermain bulu
tangkis, beragama islam.
Berikut kutipannya
: “Kamu ngomong apa ??? bicara yang jelas, lihat mata saya,” potongnya ,
matanya yang dalm mencorong tajam.
3. Seting
a) Waktu
Sekitar tahun 1980
Bukti :“ Yang punya
tangan adalah presiden Soeharto yang datang meresmikan PLTA
Maninjau tahun 1983.”
b) Tempat
§ Maninjau,
Sumatra Barat
Bukti :“Jalan
mendaki dengan 44 kelok patah. Kawasan Danau Maninjau menyerupai kuali raksasa,
dan sekarang memanjat pinggir kuali untuk keluar.”
§ Pondok Madani
Bukti :”Terima kasih
atas kepercayaannya, semoga kalian betah. Mulai sekarang kalian semua adalah
bagian dari keluarga besar Pondok Madani.”
§ Ponorogo
Bukti :”untuk menuju
Ponorogo yang berjarak sekitar 20 kilometer, kami hanya menyewa sepeda ontel
dari rumah penduduk.”
c) Suasana
§ Mengharukan
Bukti :” Kami
mendekat dan merangkul bahunya. Dalam hati aku berjanji akan membantunya sekuat
mungkin. Baso mengganguk0angguk nerterima kasih sambil meniup-niup
hidungnya yang tersumbat karena duka.
§ Menegangkan
Bukti:“Harapan yang
terlalu indah. Tiba-tiba .....wusss...Sebuah bayangan hitam berkelibat kencang
dan berhenti mendadak di depan kami yang sedang ngos-ngosan. Jejak sepedanya
membentuk setengah lingkaran menghalangi jalan kami.”
“Qif...Akhi... BERHENTI SEMUA” suara keras mengguntur
membuat kami terpaku kaget. Rasanya darah surut dari wajahku. Gerimis semakin
rapat. Langit senja semakin kelam.”
§ Menyenangkan
Bukti:“Kini, untuk
satu minggu, kami akan bebas menggunakan waktu yang selama ini begitu mahal.
Tidak ada belajar, yang ada hanya rileks, bersantai, olah raga, membaca,
jalan-jalan dan tidur.
4. Alur
Alur yang ada dalam film yang di angkat
dari novel “Negeri 5 Menara”, yaitu alur maju-mundur. Hal ini dibuktikan oleh
beberapa tahapan sebagai berikut:
§ Pengenalan
/ Awal cerita
Awal cerita dalam film ini dibuka oleh
Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika Serikat dengan pekerjaannya
sebagai Wartawan VOA, lalu setelah itu ia kembali mengingat masa lalunya saat
konflik dimulai ["Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa
lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku"]
§ Timbulnya
konflik / Titik awal pertikaian
Awal Pertikaian dimulai saat Amak
menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke SMA tetapi ke Pesantren dan
Alif menolak permintaan Amak pada saat baru diberitahukan. Tetapi akhirnya,
Alif pun bersedia bersekolah di pesantren yang terletak di luar pulau Sumatera
walaupun hanya setengah hati : [“Jadi Amak minta dengan sangat waang tidak
masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah
aliyah.”]
§ Puncak
konflik / Titik puncak cerita
Titik puncak cerita dimulai saat Alif
sudah naik kelas 6 di Pondok Madani (PM) dan menjadi puncak rantai makanan
alias kelas tertinggi di Pondok Madani : [“Seketika rasa ini melempar ingatanku
kembali ke PM, ketika kami naik kelas enam, kelas pemuncak di PM.” ]
§ Antiklimaks
Antiklimaks dalam film ini dimulai pada
saat Alif serta santri PM lainnya akan mengadakan ujian akhir yang dilaksanakan
oleh siswa tahun terakhir PM. [“Inilah ujian yang paling berat yang paling
berat yang anak-anak temui di PM”]
§ Penyelesaian
masalah
Pada akhirnya, setelah alif
menyelesaikan ujian pamungkas di PM serta lulus dari PM, cerita berbalik ke
Alif yang telah sampai di London untuk bertemu dengan Atang dan Raja yang
merupakan anggota Sahibul Menara .
5. Sudut
Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang
dalam film tersebut, yaitu sudut pandang orang pertama tunggal dengan “Aku”
sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut
tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan pengarang
adalah si tokoh utama : [“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh
permukaannya dengan ujung telunjuk kananku”]
6. Gaya
Bahasa
a) Majas
Personifikasi
[“Hawa dingin segera menjalari wajah dan
lengan kananku”]
b) Majas
hiperbola
[“Muka
dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak girang.” ]
c) Majas
Metafora
[“Matahari
sore menggantung condong ke barat berbentuk piring putih susu” ]
7. Amanat
Amanat yang terkandung dalam film Negeri
5 Menara ini adalah bahwa dalam mengejar semua cita-cita beserta impian, tidak
semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan tapi semuanya
berjalan seiring bagaimana kita menyelesaikan rintangan yang datang menghadang
dan untuk mendapatkan menggapainya juga, kita harus mengorbankan sesuatu.
Kutipan film:
a) Jangan
pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, tuhan sesungguh maha mendengar.
b) Man
jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh akan berhasil.
Amanat bagi pembaca berikutnya adalah
pentingnya kedinamaisan. Berikut terdapat di
Film Negeri 5 menara tentang pentingnya kedinamisan dalam hidup bagi
orang-orang yang berilmu.
“orang yang berilmu dan beradab tidak
akan diam dikampung halaman. Tinggalkan
negerimu dan mernataulah ke negeri orang. Merantaulah, kaua kan
mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup
terasa setelah lelah berjuang .. singa jika tak tinggalkan sarang tidak akan
mendapatkan mangsa. Bijih emas bagaikan panah biasa sebelum digali dari
tambang. Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu manusia
bosan padanya dan enggan memandang.
Selain amanat yang telah dijelaskan diatas
oleh Film negeri 5 menara juga member pesan agar meraih ilmu dan pendidikan
setinggi-tingginya. Karena orang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi
dari pada orang yang tidak berilmu. Menuntut ilmu karena tuhan memudahkan jalan
kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap buat kalian, bahkan penghuni
langit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampun bagi orang yang
berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka pikiran , mata dan hati kalian”.
Pondok Pesantren Madani adalah salah
satu sarana bagi siswa dalam menimba ilmu. Dari kutipan ceramah Kiai Rais dapat
dipahami bahwa para pencari ilmu adalah orang-orang yang dimudahkan dalam
meraih surga. Dari itu, dapat dimaknai bahwa penulis ingin menyampaikan pesan
kepada pembaca bahwa supaya masyarakat
mencari ilmu setinggi-tingginya karena sesuai dengan kutipan tersebut
bahwa pencari ilmu diberi kedudukan yang lebih istimewa yakni dimudahkan jalan
menuju surga. Pesan yang disampaikan penulis dapat diartikan bahwa salah satu
jalan menuju surga adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya . jadi pesan penulis
bagi pembaca yakni menganjurkan pembaca agar meraih ilmu yang
setinggi-tingginya meskipun harus keluar kampong dan jauh dari keluarga.
Disamping itu, terdapat amanat-amanat
yang tersurat terdapat pula pesan singkat yang tersirat. Pesan yang tersirat
adalah pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra meskipun tidak ada bukti
konkrit dari naskah suatu karya sastra tersebut. Pesan tersirat tersebut
yakni mengenai keutamaan doa dan ridho orang tua dalam kehidupan Alif
sang pemeran utama adalah seorang anak yang datang dari keluarga sederhana dan
masih memiliki keturunan darah ulama .
cita-cita Alif sebenarnya ingin menjadi seorang insinyur. Tokoh idolanya adalah
Habibie. Setelah ia lulus dari Madrasah Tsanawiyah , sebenarnya ia ingin
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yakni SMA. Karena ia menganggap tiga
tajun menempuh pendidikan di Tsanawiyah telah cukup bekal dasar ilmu agamanya.
Ia ingin mempelajari ilmu non agama dan melanjutkan kuliah di UI tai ITB. Namun
keinginan dan cita-citanya tersebut terhalang denagn keinginan orang tuanya ingin menjadikan putranya seperti Buya
Hamka. Pada awalnya Alif berontak tapi akhirnya ia berfikir bahwa tidak ada gunanya
melawan keinginan ibunya yang mulia itu. Hingga ia memutuskan untuk menempuh
pendidikan menengahnya di pesantren madani jawa. Banyak kisah yang ia hadapi
bersama teman-temannya yang datang dari berbagai daerah. Hingga akhirnya ia
meraih kesuksesan di Ameriak. Hal tersebut pada dasarnya tak luput dari doa dan
ridho yang diberikan oleh orang tuanya.
Penulis memberikan pesan kepada pembaca, bahwa doa dan ridho orang tua
adalah sesuatu yang harus diutamakan. Meskipun pesan tersebut tidak tersurat.
Namun dapat dipahami oleh pembaca yang telah selesai membaca keseluruhan
cerita.
B.
Unsure
ekstrinsik
1. Sutradara
§ Biografi
Affandi Abdul Rachman lahir di Jakarta, 13 Desember 1979 dari seorang Ibu
yang berprofesi sebagai pengacara dan penasehat hukum bernama Nila Motik Abdul
Rahman dan ayahnya adalah anak dari mantan Presdir PT. Jakarta Setiabudi
Internasional dan Owner PT One Star Productions, Amir Abdul Rahman. Fandi
begitu Ia disapa adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Ia adalah anak
laki-laki satu-satunya di keluarganya, karena kakanya perempuan bernama
Samantha Abdul Rachman.
Sejak kecil Ia termasuk anak yang aktif dan terhitung “badung” alias
nakal. Namun kenakalannya tak cukup berarti karena masih dalam taraf wajar,
Fandi kecil sering kabur ketika waktunya les.
Sejak kecil hidupnya sangat tercukupi. Ia dididik agar menjadi orang sukses oleh kedua orang tuanya. Sekolah Dasar Ia tempuh di SD Ar-Rahman. Ia lalui dengan prestasi baik. Lalu setelah lulus Ia melanjutkan sekolah di SMP Sumbangsih dan SMA di SMAN 82 Jakarta. Semangatnya berprestasi semasa sekolah tak lain karena Ia ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia mampu dan pintar seperti kakaknya Samantha yang memiliki prestasi bagus.
Sejak kecil hidupnya sangat tercukupi. Ia dididik agar menjadi orang sukses oleh kedua orang tuanya. Sekolah Dasar Ia tempuh di SD Ar-Rahman. Ia lalui dengan prestasi baik. Lalu setelah lulus Ia melanjutkan sekolah di SMP Sumbangsih dan SMA di SMAN 82 Jakarta. Semangatnya berprestasi semasa sekolah tak lain karena Ia ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia mampu dan pintar seperti kakaknya Samantha yang memiliki prestasi bagus.
Ia belajar dengan keras untuk
masuk jurusan kedokteran gigi Trisakti, dan akhirnya masuk. Namun, tidak sampai
selesai karena dunia kedokteran sebenarnya bukan dunia Affandi. Ia sebenarnya
cinta dunia seni, masuk jurusan kedokteran hanya Ia lakukan agar mampu
membuktikan kalau dia bisa berprestasi bagus. Maklum saja, Ia seperti itu
karena Ia anak bungsu.
Setelah itu, Ia memutuskan untuk kuliah ke luar negeri, Ia pun berhasil
masuk ke Santa Monica College mengambil jurusan desain. Walau awalnya Ia tak
mau kuliah diluar, karena orang tuanya akhirnya Ia mau kuliah ke luar negeri dengan
status sudah beristri. Ya, karena Affandi menikah diusia muda. Mereka pun tinggal di Amerika. Setiap tahun
mereka pulang berlibur ke Indonesia. Sampai suatu waktu Fandi telat berangkat
ke Amerika karena masalah administrasi dengan pihak migrasi. Dampaknya Ia telat
kuliah dan dicutikan. Ketika itu, Ia berfikir untuk mengisi waktu luang, dan
mengambil les singkat film di New York Film Academy ambil bidang sinematografi
September 2002. Ketertarikannya kedunia film berawal dari sini. Ketika itu ia
menghasilkan Short Film pertamanya yang berjudul PARANOID. Yang dijadikan actor
dan aktris dalam film ini tak lain istri dan teman-temannya. Karena
ketertarikannya itu, Ia rela melepaskan kuliah jurusan desainnya dan masuk ke
Columbia College of Hollywood, Los Angeles, California. Disini bapak dua anak
ini memfokuskan pada jurusan Directing & Cinematography. Dirinya membuat film berjudul PHOENIX untuk
tugas terakhirnya sebagai mahasiswa. Lewat film ini Affandi mendapatkan
penghargaan sebagai The Most Professional Set.
Affandi lulus dengan Magna Cum laude di Columbia College Hollywood dengan
gelar Bachelor of Arts, tak lama setelah itu kembali ke Indonesia. Film
Pencarian Terakhir (2008) merupakan film layar lebar pertamanya yang banyak
mendapatkan pujian maupun penghargaan. Setelah itu muncul karyanya yang lain, Heart-Break.com
2009, Aku Atau Dia
2010, The Perfect
House 2011, Negeri 5 Menara tahun 2012.
§ Latar
belakang
Affandi dibesarkan ditengah keluarga yang sukses, serta keluarga pekerja
keras. Didikan sejak kecil yang sudah terbiasa dituntut untuk maju membuat
sosok Afandi menjadi orang sukses sekarang ini. Dalam keluarganya tidak
mengalir darah seni sama sekali namun Afandi memiliki ketertarikan yang luar
biasa akan dunia seni dan perfilman. Tuntutan orang tua untuk menjadi orang
hebat seperti kakaknya membuat Afandi menekuni dunia yang ia minati dengan
kuliah di luar negeri. Berlatar belakang jalan hidupnya yang berliku, penuh
tuntutan, tekanan untuk selalu sukses membuat Afandi terispirasi melahirkan
suatu karya yang dapat memotivasi anak negeri agar berani memiliki mimpi besar
dan berani menghadapi segala tantangan untuk mewujudkan cita – cita tersebut.
Afandi mencoba melahirka suatu film gebrakan yang penuh motivasi dari sepak
terjal jalan hidup menuju sukses. Berkat ketekunannya ia dapat melahirkan karya
– karya yang spektakuler.
Mengenai
pembuatan film negeri 5 menara tampaknya Afandi cukup lihai memberikan arahan
penggarapan film tersebut. Secara teknik pengambilan gambar, sutradara Affandi
Abdul Rachman sangat cerdik untuk membedakan suasana masa lampau di Maninjau
dan masa kini di London dengan menggunakan 2 jenis kamera yaitu ARRI Alexa
serta Canon 7D. hasil karya Afandi menghasilkan tampilan yang menawan membuat
kebanyakan orang akan jauh lebih mudah menonton film berdurasi 2 jam
dibandingkan membaca novel setebal 10 sentimeter. Indra pengelihatan dan
pendengaran dimanjakan gambar bergerak serta tata suara spekatkuler
dengan balutan musik tema. Otak akan lebih cepat merespon rasa dan pesan yang
disampaikan tanpa harus membaca dan berimajinasi.
Dalam menampilkan kehidupan tokoh utama pun Afandi memberikan warna yang
berbeda, ia mampu menghilangkan kesan kehidupan pondok yang monoton, kehidupan
yang sayup – sayup, jauh dari perkembangan iptek dengan suasana yang lebih
hidup. Pondok Madani digambarkan pondok yang penuh tantangan, serta disiplin
yang tinggi. Pesantren yang cukup berkualitas serta memiliki banyak sekali
peminat sangat ditonjolkan untuk meyakinkan penonton bahwa pendidikan di
pesantren ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Buka hanya dari peminat namun
dari segi seleksi digambarkan mereka memiliki prosedur yang pasti yakni calon
siswa harus mengikuti tes saringan masuk dan setekah lolos tes akan mengikuti
masa adaptasi selama satu tahun baru setelah itu akan mengikuti sekolah seperti
layaknya system pendidikan sekolah formal. Berpidato bahasa inggris salah satunya, Afandi
memberikan kesan mewah serta study yang berkelas. Image kehidupan pondok yang
kampungan sedikit diminimalisir yakni dengan menghadirkan metode pembelajaran
yang tidak melulu memakai pakaian muslim seperti layaknya pondok namun memakai
seragam elite bak pekerja kantor yang berdasi.
Sebagian pemeran merupakan wajah baru di belantika perfilman. Mereka
sengaja di casting untuk mencari orang – orang baru yang bertalenta. Berkat
tangan dingin sang sutradara mereka diolah sehingga acting nya teramu secara
apik dan tidak terkesan canggung membawakan karakter tokoh dalam film. Semua
pemain diarahkan secara tepat sehingga yang nampak dalam layar adalah acting
mereka yang memukau. Pembuatan film yang sedemikian rupa berhasil meyakinkan
penonton di manapun tempat kita menuntut ilmu jika bersungguh – sungguh akan
mangantarkan kita pada puncak kesuksesan.
Penggaraban film ini diakui cukup mendetail di sisi tertentu. Afandi
cukup jeli memikirkan setting lampau dengan menghadirkan sesuatu yang menajdi
nyawa di era tersebut. Sebut saja dalam memilih bangunan yang menjadi rumah
keluarga alif, afandi memikirkan secara matang sehinnga terpilihlah rumah
bamboo sederhana di tepi danau maninjau. Dalam perjalanan menu pesantrenpun
sutradara tak lupa memilih bis yang layak operasi pada zamannya yakni bis tua dengan
fasilitas seadanya. Satu lagi yang membuat penonton benar – benar dibawa
kedalam era 80 an adalah ketika Pondok Madani mengelar acara nonton bareng
Final Piala Thomas. Dari sebuah TV hitam putih muncul sekilas gambar Liem Swie
King atlit terkenal bulutangkis tahun 80an. Namun kejelian ini hanya dapat
ditangkap oleh penonton berwawasan lebih di bidang olahraga. Memalui film yang
di hadirkan sedetail ini penonton terasa lebih dimanjakan, serta lebih mengena
sasaran daripada harus mengimajinasikan melalui novel yang terkadang apa yang
penulis ingin sampaikan tidak mampu ditangkap oleh pembacanya.
2. Penulis
Skenario
§ Biografi
Salman Aristo adalah seorang penulis
skenario film asal Indonesia. Salman Aristo mengambil jurusan jurnalistik di
Universitas Padjajaran Bandung, dan merintis karir awal sebagai penulis naskah
(scriptwriter) di tahun 2004 pada film "Brownies" yang tayang pada
tahun 2005. Bersama istrinya, Ginatri S. Noer, dia menulis skenario untuk film
Ayat-Ayat Cinta (2008). Salman memang menyukai film dan menulis sejak kecil. Di
umurnya yang masih lima tahun, ia sering diajak orangtuanya ke gedung bioskop
untuk menonton film Warkop. Sejak dari kecil itulah dirinya menjadikan menonton
sebuah kegiatan utama. Sampai akhirnya ia kuliah di Universitas Padjajaran
Bandung dengan mengambil jurusan jurnalistik. Hobi menulisnya ia tuangkan
dengan menulis skenario film pendek, tapi itu semua menurutnya, film dan
menulis skenario hanya sekedar hobi, karena ia lebih memilih bermusik.
Filmografi:
|
Cinta Dalam Kardus
(2013)
|
Sebagai
Producer
|
|
Cinta Dalam Kardus
(2013)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Cinta Dalam Kardus
(2013)
|
Sebagai
Director
|
|
Jakarta Hati
(2012)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Edensor
(2012)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Jakarta Hati
(2012)
|
Sebagai
Director
|
|
Make
Money (2012)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Jakarta Hati
(2012)
|
Sebagai
Co-producer
|
|
5 Elang
(2011)
|
Sebagai
Producer
|
|
5 Elang
(2011)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Negeri 5 Menara
(2011)
|
Sebagai
Producer
|
|
Negeri 5 Menara
(2011)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Sang Penari
(2011)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Garuda Di Dadaku 2
(2011)
|
Sebagai
Producer
|
|
Garuda Di Dadaku 2
(2011)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Jakarta Maghrib
(2010)
|
Sebagai
Director
|
|
Jakarta Maghrib
(2010)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Hari Untuk Amanda
(2010)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Asmara Dua Diana
(2009)
|
Sebagai
Associate Producer
|
|
Garuda di Dadaku
(2009)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Garuda di Dadaku
(2009)
|
Sebagai
Co-producer
|
|
Kambing Jantan:
The Movie (2009)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Queen Bee
(2009)
|
Sebagai
Producer
|
|
Sang Pemimpi
(2009)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Ayat-Ayat Cinta
(2008)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Karma
(2008)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Laskar Pelangi
(2008)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Foto, Kotak dan
Jendela (2006)
|
Sebagai
Producer
|
|
Jomblo
(2006)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Alexandria
(2005)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Brownies
(2004)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Catatan Akhir
Sekolah (2004)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
|
Cinta Silver
(2004)
|
Sebagai
Scriptwriter
|
Penghargaan yang diperoleh:
1) Festival
Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2006 dalam film Jomblo
memperoleh penghargaan Skenario Adaptasi Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
2) Festival
Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2005 dalam film Brownies
memperoleh penghargaan Skenario Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
3) Festival
Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2009 dalam film Garuda di Dadaku
memperoleh penghargaan Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik (Piala Citra) sebagai
Nominasi
4) Festival
Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2010 dalam film Hari Untuk Amanda
memperoleh penghargaan Penulis Skenario Cerita Asli dan Adaptasi Terbaik (Piala
Citra) sebagai Nominasi
5) Festival
Film Jakarta Jakarta, Indonesia 2007 dalam film Jomblo
memperoleh penghargaan Penulis Skenario Asli Terpilih sebagai Nominasi
6) The
Isfahan International Film Festival of Children and Young Adults Teheran, Iran
2011 dalam film Sang Pemimpi
memperoleh penghargaan Naskah Terbaik (Golden Butterfly) sebagai pemenang
7) Festival
Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2011 dalam film Sang Penari
memperoleh penghargaan Skenario Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
8) Festival
Film Indonesia Jakarta, Indonesia 2011 dalam film Jakarta Maghrib
memperoleh penghargaan Skenario Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
9) Festival
Film Indonesia Yogyakarta, Indonesia 2012 dalam film Garuda Di Dadaku 2
memperoleh penghargaan Penulis Cerita Asli Terbaik (Piala Citra) sebagai Nominasi
§ Latar
belakang
Salman aristo merupakan penulis scenario
berbakat yang sudah berkali – kali karyanya masuk nominasi dalam festival film.
Berlatar belakang keluarga yang menyukai seni dan berbagai tontonan. Darah seni
begitu besar mengalir dalam darahnya. Selain orang tuanya yang dekat dengan
seni, ternyata istri nya pun seorang seniman. Istrinya juga sosok wanita anggun
yang berprofesi sebagai penulis scenario. Selalu hidup dilingkungan orang –
orang penyuka seni membuatnya ikut arus menyelami seni. Ia sangat hobi dalam
menulis. Menorehkan tulisan dalam menggarab scenario film pendek sudah menjadi
rutinitasnya. Minatnya dalam bidang seni tidak ecek –ecek. Ia memiliki
kemampuan yang sangat mumpuni karena ia telah mengasah kemampuannya sembari
menuntut ilmu di universitas negeri padjadjaran jurusan jurnalis. Berkali –
berkali menulis scenario membuat ia semakin pandai mengolah kata – kata
menghadirkan suasana yang nyata dari setiap tulisannya.
Begitupula dalam menggarab scenario film
negeri 5 menara. Segala yang keluar dari mulut serta gerak – gerik pemain tidak
terlepas dari karya scenario salman. Ia menggambarkan kehidupan yang ingin
dihadirkan secara jelas. Menggunakan tata bahasa yang tepat, logat yang
mewakili setiap karakter pemain menjadikan scenario salman terkesan semakin
menghidupkan karakter tokoh. Tidak hanya menonjolkan peran namun naskah yang
ada telah mengantarkan film negeri 5 menara menjadi tontonan yang tidak hanya padat
kata namun juga kaya makna dan pesan moral.
Ide serta pemikirannya cukup brilian untuk menggambarkan setiap sudut
setting film. Menggunakan bahasa yang khas salman menghadirkan nuansa lemah
lembut dalam setiap kata pengantar masuk dialog tokoh. Para pemain baru
dibuatnya bak pemain professional dengan dialog yang sederhana namun mengena
sehingga pemain dapat melebur dengan karakter tokoh yang diperankan. Salman
benar – benar menyelami kehidupan pesantren sehingga ia dapat menuliskah naskah
yang sesuai. Para tokoh yang menjadi warga pesantren dengan fasih mengucap
beberapa lafadz Allah, melafalkan jargon pengantar kesuksesan yakni man Jadda
WaJadda, memberikan nama gank beranggotakan 6 orang pemain utama dengan nama
sahibul menara (pemilik menara), serta pelafalan kutipan hadist yang di ucapkan
oleh beberapa pemeran kyai dan santri senior di pesantren.
Terkadang novel dan film melahirkan
sudut pandang yang berbeda. Sehingga apa yang pembaca imajinasikan ketika
membaca novel dan ketika menikmati film memiliki perbedaan visi. Dalam hal ini
penulis scenario salman aristo mampu menggambarkan apa yang ada dalam novel
hampir mirip dengan apa yang di filmkan. Salman mampu mewakili imajinasi
pembaca novel dengan menuangkannya dalam bentuk audio-visual yang memukau. Hal
ini tidak terlepas kerja keras sang penulis scenario untuk berdiskusi dengan
penulis novel demi kesamaan visi dan penyajian sudut pandang cerita Negeri 5
menara. Selain itu berangkat dari spirit mantra man jadda wajada produser
sekaligus penulis scenario ini mampu mentransfer energy dari novelnya kedalam
film sehingga penonton juga ikut termotivasi ikut bangkit bersama spirit
manjadda wajada.
3. Nilai
– nilai
Nilai yang terkandung
dalam film negeri 5 menara diantaranya adalah :
a) Nilai
Ketuhanan
Sangat banyak nilai
ketuhanan yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara, diantaranya kita sebagai
manusia sama di sisi Allah.
b) Nilai
Moral
Kebersamaan Sahibul
Menara dalam menghadapi segala hal dengan kerja sama dan pantang menyerah
c) Nilai
Sosial
Di kehidupan pesantren,
kita tidak diajarkan untuk egois, tapi saling membantu satu sama lain,
mengutamakan kesolidaritasan.
d) Nilai
Ekonomi
Para pengajar di Pondok
Madani tidak meminta untuk dibyar, mereka ikhlas mendidik santri karena Allah
SWT, serta santri di Pondok Madani yang banyak kekurangan secara ekonomi tetapi
masih bisa bersekolah di Pondok Madani.
e) Nilai
Budaya
Anak laki-laki dan
seorang ayah masyarakat Minangkabau tidak pernah berangkulan .
f) Nilai
Agama
Film ini menceritakan
tentang kehidupan pesantren yang selalu mengajarkan nilai-nilai agama, mulai
dari keikhlasan, bersikap jujur, disiplin dan lain sebagainya.
4. Aliran
Aliran merupakan dasar pemikiran pengarang dalam menyelami
suatu karya sastra, di dalam film Negeri 5 Menara menganut Aliran Realisme yang
melukiskan kejadian apa adanya, bukan berlebihan dan bukan pula dengan lambang.
secara nyata meggambarkan kehidupan masyarakat minangkabau secara nyata serta
kehidupan di lingkungan pesantren secara mendetail. Realisme Sosial
menggambarkan problem social seperti kemiskinan serta budaya orang tua yang
mengarahkan anak mencapai masa depan yang cemerlang.
Dalam film tersebut ditunjukkan pengorbanan keluarga alif
yang merelakan sebagian harta demi biaya sekolah di pesanren yakni dengan
menjual kerbau agar uangnya dapat digunakan perjalanan ke pondok yang memakan
waktu 3 hari 3 malam serta biaya hidup alif selama dipesantren. Selain itu ditunjukkan
pula budaya bakti anak terhadap orang tua serta mau merawat nenek di masa tua
nya walaupun seorang tokoh harus merelakan pendidikan serta berpisah dengan
teman - temannya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang terjadi dalam dunia
nyata, pemandangan yang biasa terjadi di lingkungan sekitar yang menjadi bagian
pertaruhan mencapai pendidikan yang tinggi.
5. Tata artistic
Tata artistic merupkan ide panggung yang disampaikan penata
kepada scenario. Tata artistic film negeri 5 menara cukup mendetail, serta penataan
yang mewakili suasana kala itu serta suasana pada zamannya. Namun dalam
menghadirkan cerita di akhir film penata artistic kurang begitu lihai karena
penampilan background tanah London tidak ditampilkan secara utuh. Hal ini
membuat penonton masih merasa penasaran dan menerima penutupan film yang
sedikit kurang memuaskan. Perjuangan di negeri seberang diharapkan penonton
tersaji pula secara runtut seperti layaknya ketika menjelaskan suka duka
kehidupan di pesantren. Namun dalam penyajiannya penonton diajak melompat tanpa
bisa menyimak lanjutan perjuangan mengejar mimpi besar para pemeran utamanya.
Perjuangan mendadak mencapai goal nya dengan menjadi orang – orang sukses di
Negara impian masing – masing pemain.
6. Penata rias
Tata rias merupakan hal yang penting. Hal tersebut mewakili
zaman serta karakter tokoh. Penata rias mampu menyesuaikan kehidupan tokoh di
lingkungan pedesaan dengan menghadirkan tampilan yang sederhana tidak begitu
banyak make up. Tata rias juga sangat sesuai ketika menghadirkan kehidupan
religius di pondok dengan nada yang kalem dan tidak ada tata rias yang modern
dan terkesan glamour. Mengenai tata rambut pemain dihadirkan dengan cukup
teliti, yakni ketika masuk lingkungan pondok madani yang disiplin pemeran tokoh
alif misalnya dimunculkan dengan tampilan gaya rambut yang plontos seperti
taruna yang hendak terjun dalam masa pendidikan semi militer. Kesan study disiplin penuh tantangan
mampu membawa penonton ikut merasakan kerja keras yang akan muncul dalam
kehidupan pesantren.
7. Penata kostum
Kostum dihadirkan secara apik sesuai
karakternya. Yakni amak dan ayah alif yang notabene orang asli minangkabau
mengenakan kostum ala masyarakat minang yang taat akan agama, dimana ayah
memakai songkok serta amak memakai kain kerudung yang digunakannya menutup
kepala. Ke enam tokoh remaja sebagai pemeran utama juga menerima penataan
kostum yang pas dengan usia remaja mereka. Selain itu warga pesantren walaupun
diberi tampilan kostum yang sedikit modern tetap tidak meninggalkan nuansa
taqwa. Mengenakan sarung, sorban serta jilbab dihadirkan full dalam film
sehingga film terkesan begitu hidup seperti cerita yang memang ingin
disampaikan oleh pengarang. Namun selain itu terdapat satu koreksi mengenai
pengenaan kostum yang terkesan modern sedikit melenceng dari setting masa
lampau. Secara
visual penonton tidak brgitu dimanjakan dengan elemen pendukung nuansa dua
puluh tahun yang lalu. Tapi alur cerita dan ornamen psikologis tokoh sangat
menggambarkan era itu. Seperti ketika Alif ingin masuk ITB dan sangat terobsesi
dengan tokoh BJ Habibie . Menristek Indonesia lulusan Jerman yang mampu
membuat pesawat terbang. Di eranya tokoh ini memang menjadi inspirasi anak muda
Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Cerita
yang dituangkan dalam film sangat menarik dan tidak monoton karena penonton
dimanjakan dengan tampilan setting yang memukau.
2. Film
terkesan hidup dan mampu mengalirkan energi positif kepada penonton melalui
mantra Man Jadda Wajada.
3. Film
mampu memberikan motivasi hidup penonton untuk terus berjuang meraih mimpi
serta menggapai puncak menara kesuksesan.
4. Film
dikemas secara apik sehingga mampu menyajikan film yang menghibur tanpa mengaburkan
nilai moral yang ingin disampaikan.
5. Film
penuh motivasi ini layak dinikmati semua kalangan karena memberikan motivasi
yang dibutuhkan masyarakat agar tidak takut untuk bermimpi.
B.
Saran
Adapun saran yang penulis berikan ialah :
1.
Diharapkan para pembaca
makalah ini dapat menghayati film secara mendalam agar menangkap seluruh
motivasi hidup yang tertuang dalam film.
2.
Hendaknya penonton dapat
memetik hikmah dari film sebagai salah satu acuan hidup para pemuda Indonesia untuk kehidupan masa depan
kelak serta bekal untuk berjuang menggapai mimpi.
3.
Film penuh inspirasi seperti
ini harus sering diputarkan agar dapat memotivasi banyak penonton.
4.
Film bertema pendidikan yang
mengusung latar religi seperti ini sebaiknya banyak disuguhkan demi memperbaiki
moralitas bangsa yang kian menurun seiring kemajuan Iptek di era global.
analisisnya bagus banget.
BalasHapusFilm Drama Kaget Nikah Di WeTV Bertema Pendidikan Sex Untuk Remaja
BalasHapusCasino - Dr.CMC
BalasHapusWelcome to 천안 출장안마 the 남양주 출장샵 DR.C. Casino website for the latest news, information, tips, 안산 출장안마 and games on your mobile, 부산광역 출장안마 tablet or mobile 군포 출장샵 device. We provide daily, real-time gambling